"Besok istirahat di rumah saja."
"Besok gladi bersih, nggak bisa dong!" Salah satu dari mereka langsung menyahut.
Saya memberi saran, karena mendengar keluhan salah satu diantara mereka tidak enak badan. Suhu tubuhnya juga cukup tinggi. Namun keduanya tetap bersikukuh.
Kedua putri kembar saya ini, belakangan memang aktifitasnya sangat padat. Selesai pembelajaran di sekolah, lanjut dengan latihan untuk pagelaran di sekolahnya. Menampilkan beragam talenta dari siswa-siswi. Ada seni musik, vocal, drama, rupa, kerajinan, tari dan beberapa kreatifitas lainnya.Â
Bagi mereka, event ini adalah ruang kreasi yang memberi mereka  kebanggaan. Sebuah proses penorehan sejarah bagi diri mereka masing-masing. Juga tentu saja bagi orang tuanya. Terbukti, tiket gold-nya, yang posisinya strategis  terjual paling cepat.
Rasa malas yang biasanya mereka tunjukkan dalam menjalani rutinitas, sejenak mereka singkirkan. Termasuk dalam urusan menahan sakit. Saya tidak terlalu kuatir, karena hati yang gembira, saya yakini adalah obat yang paling manjur. Ketika mereka berinteraksi dengan temannya dan sedang berjuang untuk sesuatu, saya yakin ada kekuatan yang menyehatkan.
"Papa besok antar kita jam 7.30 ya."
"Pagi amat, bukannya acaranya mulai jam 4 ?"
"Karena kita dandan dulu, jadi kumpul jam 8 pagi. Katanya kita juga mau latihan dulu, terakhir sebelum tampil."
"Ok."