Hidup dari jalan-jalan, sepertinya menarik. Sudah banyak yang melakukannya. Peluangnya terbuka bagi siapa saja, yang ingin bekerja fleksibel, jauh dari rutinitas. Bonusnya, bisa keliling dunia. Enak banget ya? Meski saya tahu, prosesnya tidak sederhana.
Belakangan saya senang menonton video-video Youtube dari para pelaku Digital Nomad ini. Satu diantaranya adalah pasangan suami isteri asal Afrika Selatan, Rhett dan Claire. Dalam keterangan di channel Media sosialnya, mereka keluar dari pekerjaan dan memutuskan untuk keliling dunia. Mengeksplore berbagai hal menarik dan menguploadnya.
Selama beberapa waktu mereka tinggal di Bali dan mengekplore beberapa tempat di Indonesia. Saya melihat ada peningkatan signifikan jumlah subscriber mereka. Ini tentu sangat berarti bagi kelanjutan mimpi mereka untuk keliling dunia. Meski di salah satu video, mereka mengatakan bahwa mengajar Bahasa Inggris secara online juga salah satu sumber penghasilan.
Selain itu saya juga mengamati pasangan muda asal Kalimantan Barat. Agen asuransi yang memutuskan untuk keliling Indonesia, dengan slogan "jalan-jalan gokil keliling Indonesia ; Jajago keliling Indonesia." Awalnya, mereka hanya menggunakan motor, tetapi sekarang sedang membangun campervan. Mereka serius ingin benar-benar hidup sebagai digital nomad. Karena menurutnya menjadi agen asuransi bisa dilakukan dari mana saja. Channel Youtube mereka  sudah menembus angka lebih dari 100 ribu subscriber.
 Belum lagi para digital nomad Bule yang kini tinggal di Bali, ada begitu banyak dengan beragam bidang kerja, yang rata-rata memiliki channel Youtube. Uniknya subscriber mereka adalah warga negara Indonesia. Terlihat dari komentar-komentar yang ada. Sehingga saya juga berkesimpulan, bahwa Indonesia ini adalah surga bagi para digital nomad yang juga berharap penghasilan dari jumlah pengikut di sosial media.
Penduduk dengan populasi pengguna internet besar, tentu itu adalah salah satu alasan, mereka para pelaku digital nomad asing menyasar Indonesia. Menarik perhatian orang-orang Indonesia yang dikenal aktif bersosial media, dan royal untuk sekedar me-like, men-subsribe atau bahkan berkomentar. Kita biarkan begitu saja peluang ini ?
...
Saya ini pemalu untuk urusan tampil di depan media dan sepertinya kurang memiliki daya tarik. Isteri saya saja barangkali setuju, cuma dia tidak berdaya dengan takdir. Sehingga membuat konten Youtube, tidak melahirkan optimisme. Namun saya punya sedikit modal, menulis. Saya meyakini, bahwa peluangnya juga sama dengan para digital nomad, yang juga berharap topangan dana dari video-video yang mereka buat itu. Karena faktanya ada banyak penulis yang keliling dunia, menulis artikel, membuat buku dan laris manis.
Sehingga saya  berpikir bagaimana ya dengan ngeblog di Kompasiana? Fasilitasnya sudah tersedia, K Rewardnya juga ada. Tetapi cukup nggak ya ? Nah giliran pada poin terakhir ini saya kepikiran, tetapi memang benar semua tergantung pada kita. Karena jika melihat hasil capaian teman-teman, lumayan juga kok. Ada optimisme. Â
Apalagi jika nantinya ada kebijakan baru, yang memfasilitasi hal itu dari adminnya. Pasti akan ada banyak Kompasianer yang langsung berhenti kerja dan keliling dunia. Bagaimana menurut teman-teman ? Salam hangat .
