Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dapur Ruang Istimewa Penuh Cerita

22 Februari 2022   13:11 Diperbarui: 22 Februari 2022   13:14 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber tropenmuseum.nl

Jika diucapkan dalam nada tinggi dengan intonasi tertentu plus tambahan-mu diakhirnya. Bisa jadi itu akan menjadi awal petaka. Tetapi kata yang sama, ucapkan dengan santai ketika semua tertawa. Rasanya asik-asik saja. Bahkan akan menambah keakraban, semua nikmat-nikmat saja. Jadi ucapkanlah dapur secara benar dan saat yang tepat, intonasi yang sesuai, maka akan berbeda tanggapannya. Nggak percaya, coba saja!

Dapur, dalam masyarakat modern, berada dalam rumah, menjadi salah satu ruangan bersebelahan dengan ruangan lainnya. Bahkan ada yang menempatkan dapur, bersebelahan dengan ruang tamu. Sehingga tamu tahu persis kesibukan apa yang sedang terjadi, ketika tuan rumah hendak menyajikan sesuatu.

Ada era dimana, tamu hanya tahu beres, tidak perlu tahu apa yang terjadi dibalik sajian yang ada dihadapannya. Aku ingat, bagaimana ibuku memanggil, sedikit tergopoh, sambil berbisik ketika ada tamu. Diminta beli gula sama teh, karena ingin memberi suguhan istimewa pada tamu yang kini sedang ngobrol dengan bapakku. Mungkin ibuku nggak ingin tamunya tahu, jika di dapur kami lagi tidak ada teh dan gula. Dapur menjadi ruangan privasi keluarga, tidak terbuka. Rahasia keluarga tersimpan disana.

 Berbeda dengan masyarakat modern, aku pernah memiliki tetangga dengan posisi dapur yang terpisah dari rumah. Bukan sekedar dinding, tetapi "rumah" lain yang lebih kecil. Ada pembatas tegas, bahkan menghasilkan teras atau gang kecil antara dua bangunan itu. Bahkan dapur yang mereka miliki memiliki fungsi yang menurutku unik, batas-batas hubungan dalam keluarga.

Ada beberapa keluarga di rumah mereka, orang tua dan anak-anaknya yang sudah menikah. Tinggal bersama, bukan berarti tidak ada batas-batas yang memisahkan mereka sebagai keluarga yang terpisah. Dapur memiliki fungsi tersebut. Dapur boleh sama, mungkin peralatan juga, tetapi apa yang dimasak oleh siapa, menentukan itu keluarga siapa, dan siapa yang berhak atas makanan tersebut. Boleh meminta, tetapi proses di dapur menegaskan siapa pemiliknya. Karena dapur sepertinya menjadi pangkal dan muara sebuah keluarga, dimana gerak ekonomi sebagai pilarnya.

Ketika bepergian ke salah satu dusun di lereng Merbabu, aku justru menemukan fungsi dapur yang lebih unik lagi. Tempat favorit bagi keluarga bahkan tamu juga ikut serta berkumpul. Tungku yang menyala menjadi alasan, karena hawa dingin yang memang menusuk tulang. Dapur berhasil menghangatkan, bukan hanya tubuh karena apinya, tapi juga suasana karena interaksi yang terbangun intens di sana. Itu sebelum mereka mengganti tungku dengan kompor gas. Meski beberapa sudah menggantinya, namun tetap tersedia tungku api di dapur, mungkin untuk alasan yang sampaikan di awal tadi.

Begitulah dapur, ruang unik yang punya banyak cerita. Bagaimana dengan cerita dapur Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun