Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebaran Bersama Bude Merayakan Indonesia

24 Mei 2020   08:28 Diperbarui: 24 Mei 2020   08:34 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
megapolitan.kompas.com9

Mengasyikkan untuk kasusku itu juga ternyata ada batasnya. Tergantung pada relasi social yang selama ini berhasil aku bangun. Aku asyik jika berada di lingkaran, sahabat dan kolega yang terikat dalam ikatan saling membutuhkan.  Ketika itu tidak lagi, maka keasyikan akan mengalami gangguan alias gonjang-ganjing. Disaat-saat liburan, misalnya.

“Mas, nanti jelasin tentang konsep negara hukum ya!” 

begitu salah satu kalimat yang membuatku menghabiskan petang di warung makannya Mbok Galak. Lumayan, satu porsi makan malam. Promosi itu tidak mesti pasang baliho, sebar poster, tapi juga ketulusan. Hasilnya, lumayan. Faktanya, aku bisa menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, tidak susah-susah amat. Meski aku tahu, pak Amat tukang sate tidak susah.

Bencana itu jika mereka-mereka yang selama ini terikat dalam simbiosis mutualisme  harus kehilangan satu dan yang lainnya, dalam waktu yang relatif lama. Mengikuti jejak mereka, bagiku pulang ke Jambi, biayanya tidak murah. Apalagi kena high season lebaran. Agen bisa seenaknya sendiri bikin tarif. Itupun belum tentu nanti aku bisa kembali ke Salatiga. Bapakku sudah bilang, paceklik ! Bakalan berkarat aku di sana menunggu paceklik berlalu. Apalagi, paceklik bapakku itu tidak memiliki batas waktu. Kontinyu !

Bude, selalu menjadi penyelamatku. Ia adalah satu-satunya saudara kandung bapak. Secara fisik, keduanya memiliki banyak kesamaan. Sama-sama berambut ikal, gurat wajah, dan kulit yang gelap. Di besarkan oleh nenekku. Tetapi, persamaan, lingkungan yang lebih kurang sama, kasih sayang plus hardikan dari orang yang sama, ternyata tidak selalu melahirkan hal-hal yang  selalu sama. Buktinya, budeku adalah seorang muslim yang taat. Bahkan memiliki beberapa piagam MTQ, sebagai pemenang. Sementara bapakku,  adalah warga dan pelayan jemaat gereja kecil salah satu desa di Jambi.

Melihat bagaimana keduanya dibesarkan dan menjalani kehidupan, aku semakin yakin, jika cara Tuhan itu unik dalam memperlakukan setiap pribadi. Untuk menyembahnya pun, masing-masing pribadi menemukan caranya sendiri, yang aku yakini itu juga cara Tuhan menunjukkan dirinya pada umat yang Dia kasihi. Misterius, tetapi justru pada konteks seperti itulah Tuhan dimata manusia menjadi tidak kehilangan eksistensi dan keagungan. Sampai kapan pun akan tetap menjadi misteri.

Bude dan Bapakku, adalah wajah Indonesia yang aku mau. Berada di antara mereka aku menjadi kaya, punya dua hari raya besar yang meriah. Natal dan juga bisa berlebaran. Dulu juga berarti dapat dua jatah baju baru. Meski seingatku, aku lebih sering dibelikan baju baru pada saat lebaran ketimbang hari natal.

Beberapa tahun lalu, Budeku dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa, aku meyakini, bahwa dia kini berada di tempat yang ia ingini. Budeku adalah “rumah” bagiku, yang memberi aku nuansa damai kehidupan. Merayakan lebaran di rumah budeku, bukan sekedar ikut merasakan kesukacitaan, tetapi juga salah satu cara untuk merasakan kebesaran Tuhan.

Selamat hari raya idul fitri Bude, Pakde, Mas, Mbak, Teman-teman, Saudaraku semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun