Menulis, bagi sebagian orang itu momok. Tapi bagi sebagian lainnya, merupakan aktivitas yang menyenangkan.
Ada banyak alasan, kenapa orang senang menulis. Tetapi tak kalah banyak alasan pula, kenapa orang benci menulis. Meski dalam berbagai kesempatan mereka menulis  juga.
Bagi saya menulis itu menyenangkan, meski bikin frustasi juga. Beban.
Saya pernah memimpikan hal-hal besar terjadi pada diri saya dengan menulis. Jika tidak seperti JK Rowling, setidaknya seperti Andrea Hirata.
Untuk mewujudkan mimpi besar itu, saya membuat resolusi di awal tahun. Saya akan konsisten menulis, di akhir tahun saya sudah punya buku yang diterbitkan.
Saya mengumpulkan banyak alamat penerbit. Beberapa di antaranya saya hubungi, menanyakan apakah nanti mereka bersedia menerima naskah saya?
Mereka membalas, minta saya mengirimkan naskahnya. Di situlah  masalahnya, naskah itu belum ada. Saya baru merencanakannya.
Akhir tahun, saya masih seperti sebelumnya. Memimpikan diri sebagai penulis hebat.
Apakah saya tidak menulis sepanjang tahun? Jangan berprasangka dulu. Saya tetap menulis, tetapi temanya beragam. Tidak mendukung untuk dijadikan sebuah buku. Seandainya dibukukan pun, saya ragu  apakah buku itu nantinya dibaca orang.
Meski JK Rowling dan Andrea Hirata masih di kepala. Saya gampang tergoda. Apalagi jika tawarannya lebih pragmatis. Ekonomi. Nulis satu artikel, langsung terima honornya.
Saya suka ngitung, satu artikel segini. Sambil membayangkan ada puluhan artikel yang dipublikasikan, fantastis juga penghasilan saya nantinya, jika saya menulis banyak artikel.