Kementrian PPPA menilai bahwa human traffiking di NTT sudah dikategorikan zona merah. Ini pernah disampaikan pada 2017 silam. Pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat mengurangi praktik tersebut.
Kemandirian masyarakat di bidang ekonomi, setidaknya membuat masyarakat tidak bergantung pada masyarakat luar daerah. Sebab ketergantungan secara ekonomi pada luar daerah, disinyalir menjadi pintu masuk bagi tindakan human traffiking.
Gereja terpanggil menjadi solusi. Berbagai cara ditempuh, termasuk melakukan pemberdayaan melalui pertanian. Memanfaatkan potensi SDA yang tersedia.
Salah satunya adalah melalui kegiatan KOMPASTANI. Wadah aktivitas pertanian warga jemaat gereja GMIT. Kerjasama antara Sinode GMIT, Sekolah lapangan Nekamese dan Bank TLM.
Aktivitas pertanian ini dimotori oleh Komunitas Pendeta Suka Tani. Mereka para pemimpin rohani yang mencoba memgambil aksi nyata pada kebutuhan dasar warganya. Diantara mereka ada Pdt Jeffri Wattileo, Pdt Markus L, Pdt Mery Kolimon, dan beberapa aktivis gereja lainnya.
Sasaran dari aktivitas KOMPASTANI adalah petani holtikultura. Berdasarkan pertimbangan modal yang digunakan kecil, sementara hasilnya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan keluarga, ataupun dijual sebagai salah satu pendukung perekonomian keluarga.
Melalui akun facebook Pdt. Jeffri Wattileo, penulis mengikuti berbagai aktifitas pertanian yang dilakukan warga Fatububut. Mulai dari saat menanam, merawat dan memanen.
Langkah sudah diambil, kontinyuitas pembinaan, dan tentu saja penciptaan pasar yang stabil, kiranya dapat menjadi solusi bagi persoalan warga dan khususnya warga jemaat GMIT.
Salam tani