Orang sering membicarakan perubahan, tetapi mengabaikan hal terpentingnya, yaitu darimana perubahan itu berasal. Kita selalu diminta mampu mempersiapkan diri terhadap perubahan, namun jarang sekali membicarakan bagaimana membuat perubahan.
Kebudayaan manusia mengalami perkembangan tahap-demi tahap. Tidak serta merta. Dari yang paling sederhana, hanya mengandalkan apa yang tersedia di alam, lantas berdasar rasa ingin tahu dan proses belajar "trial and error", kebudayaan itu terus berkembang.
Menggali rasa ingin tahu dan melahirkan solusi, adalah kunci  bagaimana perubahan terjadi. Proses belajar adalah kunci lainnya lagi.
Sejak lama kita mengenal ungkapan bahwa pelajar adalah agen pembuat perubahan. Dari merekalah perubahan dimulai. Perkembangan terjadi. Dinamika peradaban dihidupi.
Namun belakangan narasi yang sering saya dengar adalah, mari mempersiapkan diri mengantisipasi perubahan. Mari membenahi diri agar tidak dilibas oleh perubahan. Dan masih banyak lagi ungkapan senada. Tetapi jarang sekali mengatakan, mari membuat perubahan! Atau yang lebih heroik lagi, mari kita rubah wajah dunia! Atau dalam bahasa saya, sebagai guru sejarah, jadilah pembuat-pembuat sejarah!
Bagi saya ungkapan-ungkapan terakhir itu penting. Karena disana terdapat motivasi, yang dalam proses mengungkapkannya perlu menghadirkan inspirasi. Ini tentang pembangunan mental, karakter dan kepercayaan diri. Pilihan hidup, mau menjadi follower atau trendsetter. Â
Kolonialisme  berhasil menanamkan mentalitas inferior ke sebagian masyarakat kita. Bahkan 'rasis' menurut saya dalam memandang perawakan atau tampang barat. Karena dalam hal tertentu, masyarakat kita begitu mudah melihat segala sesuatu yang berbau barat, lebih unggul tanpa perlu mengkritisi lebih lanjut. Dan memandang rendah kemampuan sendiri. Saya tidak bermaksud membawa-bawa ungkapan pak Prabowo soal tampang  Boyolalinya itu, tetapi itu adalah bagian dari fakta yang saya katakan.
Bangsa ini kehilangan kepercayaan diri jika pernah membangun Borobudur. Melupakan jika pernah memiliki kemampuan matematis saat mendirikan Prambanan. Ini sering saya jadikan rujukan di depan kelas dengan menanyakan beberapa hal kepada siswa saya. "Coba kalian pikirkan, pengetahuan seperti apa yang telah dimiliki oleh orang-orang yang membangun Prambanan?" Di era itu, mereka mampu membangun banyak bangunan dengan sangat simetris dan presisi antara satu dan yang lainnya. Siswa- siswa saya sepakat, bahwa orang-orang tersebut memiliki kemampuan geometri dengan baik.
Mengambil bagian dalam membuat perubahan adalah pilihan bijak agar tidak ditinggal oleh perubahan. Seperti dalam pertandingan sepakbola ada ungkapan, menyerang adalah cara terbaik untuk bertahan.
Menjadi bagian dalam perubahan tentu membutuhkan  rasa percaya diri. Afirmasi positif, bahwa kita bisa, karena kita memiliki banyak modal untuk menjadi hal tersebut. Bukan justru meremehkannya, dan secara yakin mengatakan, sudahlah, pasti kamu tidak akan pernah bisa melakukannya.
Pemimpin punya peran penting dalam mengafirmasi dan membangkitkan kepercayaan diri itu.