Kubuka kamar anakku perlahan, ketiga gadisku masih terlelap. Semalam, hingga nyaris larut mereka kubiarkan menikmati kemerdekaannya. Mengembara di dunia maya, menikmati kegemaran mereka mendengar dan mendendangkan lagu-lagu manca. Lewat youtube. Â Aku tidak kuatir dengan apa yang mereka buka, karena dengan bertiga mereka akan selalu saling mengingatkan.
Tetapi kakak, si sulung, berkali-kali mengingatkanku; "pa, jangan nggak, besok bangunin. Deyna mau ikut papa." Permintaannya, sudah beberapa kali aku dengar. Setiap kali dia libur dan aku bekerja. Selama ini tidak kukabulkan. Aku kasihan, jika harus membangunkannya pagi buta, belum lagi mesti berdesakan di sesaknya bus transjakarta. Namun hari ini, aku ingin mengabulkan keinginannya. Entah untuk permintaan yang keberapa kalinya.
Anakku tahu, bahwa kami tidak akan pergi ke mall. Juga bukan ke dunia fantasi. Karena ini bukan liburan, meski dia sedang libur. Bahkan dalam rayuannya, anakku pernah bilang ; "pa, nanti kalau boleh ikut. Deyna mau beresin meja papa." Anakku tahu persis, meja kerjaku berantakan. Ada banyak sekali bundel koreksian, ditambah buku-buku yang ingin kubaca. Meski sudah berbulan-bulan ada di tempatnya, belum kubaca, tetapi yang penting aku sudah punya keinginan membaca. Dan masih banyak lagi, aku sendiri tidak yakin apa saja yang ada di meja kerjaku.
Tetapi masa-masa itupun tidak lama lagi. Terlebih, istriku beberapa kali kudengar memberikan pemahaman apa itu menstruasi pada gadis kecilku itu. Kuperhatikan, anakku kini juga mulai tidak sepenuhnya anak-anak. Kukabulkan permintaannya, karena aku juga tidak ingin kehilangan momentum dari masa kanak-kanak gadis kecilku itu.
Kegenggam erat tangannya, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetapi pagi ini, gadis kecilku memang sudah berbeda. Kulihat, ia menginjak bagian belakang sepatunya. Ia bilang, sepatunya sudah kekecilan. Jarinya sakit, kalau dimasukkan. Ketika kutanya berapa ukuran sepatunya. Ia jawab, sama persis seperti ukuran sepatu mama. Deg! Kugenggam kembali tangannya. Aku memang tidak seharusnya melewati momentum kanak-kanaknya ini, mumpung waktu itu masih ada. Meski aku tahu, ini hanya sisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H