Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pesona Dusun di Punggung Merbabu

6 Juni 2018   08:00 Diperbarui: 6 Juni 2018   09:00 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis diantara siswa SD Karmel Ngaduman dan peserta Live In

Mobil bak terbuka yang membawa anak-anak, mengerang. Mengerahkan kekuatan terbaik yang dimiliki. Atas kendali mahir sang sopir. Suaranya memecah keheningan hutan pinus, Kawasan hutan lindung gunung Merbabu. Sesekali terdengar teriakan dari mereka yang berada di atasnya. Entah ini ekspresi girang, atau rasa takut. Mungkin perpaduan keduanya. Jalanan berbatu yang menanjak dan berkelok, memang memacu adrenalin.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Mereka, para milineal, penggila gadget ini, biasanya hanya memacu adrenalin di berbagai wahana buatan, dunia fantasi. Tetapi kali ini, di dunia yang sesungguhnya, karya agung Ilahi. Mereka ingin belajar sesuatu, dari kehidupan harmonis di sebuah dusun yang terletak di punggung Merbabu. Ngaduman.

Bagi saya, dusun itu sudah tidak asing lagi. Sejak 2007, saya selalu membawa peserta Live In SMAK 3 Penabur Jakarta ke tempat ini. Pemandangan alamnya yang indah dan keramahtaman masyarakatnya menjadi perpaduan yang selalu saya rindukan. Apalagi, tidak sulit menjangkau Kawasan ini. Karena meski, di punggung gunung, dan sinyal sulit, tetapi masih dapat diakses dengan mobil kecil atau kendaraan bermotor roda dua. Itulah alasan, kenapa kali ini, saya kembali mengajak anak-anak ini ke Ngaduman.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Dusun yang terletak di desa tajuk, kecamatan getasan, kabupaten semarang ini, dapat ditempuh kurang dari satu jam perjalanan dari kota terdekatnya Salatiga. Jika menggunakan bus sewa, dapat memarkir bus di terminal taman wisata Kopeng, lantas melanjutkan perjalanan dengan kendaraan kecil yang dapat di sewa. Setelah melalui jalanan menanjak yang melewati kebun sayur, hutan pinus, dan beberapa perkampungan Anda akan sampai di dusun Ngaduman. Gereja GKJTU merupakan bangunan monumental yang menjadi penanda dusun ini.

Penulis diantara siswa SD Karmel Ngaduman dan peserta Live In
Penulis diantara siswa SD Karmel Ngaduman dan peserta Live In
Cuaca mudah sekali berubah, dari cerah dapat secara tiba-tiba diselimuti oleh kabut tebal. Jika cerah, kota Salatiga dan Rawa Pening dapat terlihat dengan jelas. Barisan awan kadang juga terlihat berarak sejajar atau bahkan di bawah Ngaduman. Pada malam hari, kerlip lampu kota terlihat sangat indah. Tidak cukup hanya dengan itu, bintang pun seakan tidak mau kalah memamerkan kerlip pesonanya. Tidak ada polusi cahaya di sini. Menyaksikan Matahari terbit, juga bonus yang   disediakan dusun ini.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Tidak ada makanan yang tidak enak di sini. Itu yang selalu dilontarkan anak-anak peserta Live In. Selama beberapa hari mereka memang tinggal di rumah-rumah penduduk. Belajar dan menggali pengalaman kehidupan dari masyarakat pedesaan. Mulai dari kebersahajaan, kerja keras, tata krama dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Menikmati makanan, seperti yang masyarakat Ngaduman makan. Meski di sana sini ada saja tingkah polah anak-anak yang tetap ingin dimanjakan. Karena bagi masyarakat Ngaduman, anak-anak ini tetaplah tamu yang harus diutamakan. Begitulah filosofi yang dihidupi masyarakat punggung gunung ini. Bagaimana mereka hidup dan menghidupi kehidupan, adalah keindahan lain yang beriringan dengan keadaan alamnya.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Tidak ada bau badan di sini. Tubuh mungkin tidak berdaya menghasilkan aroma terbaiknya. Suhunya terlalu dingin untuk ukuran anak-anak Jakarta, pada jam-jam tertentu bisa mencapai 12 'C. Mandi dan bangun pagi, bisa menjadi kebiasaan 'mewah' bagi saya dan peserta Live In. Tetapi meski, serangan dinginnya menggetarkan tulang. Pesona alam dan masyarakatnya tidak membuat kami ingin segera berlalu. Ngaduman, dusun yang selalu membuat rindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun