Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kejenuhan, Itu Modal bagi Perubahan

24 November 2017   21:14 Diperbarui: 24 November 2017   21:24 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jenuh!" Kata yang sering terlontar manakala seseorang berada pada   situasi yang sama dalam waktu yang lama. Dari jam ke jam, hari ke hari,  bulan bahkan tahun menjalani rutinitas yang sama. Statis dan monoton.  Menjalani hari menjadi sangat membosankan. Gairah redup hingga tidak  lagi tampak pijarnya.

Pekerjaan apapun pasti memiliki titik jenuh. Rutinitas memiliki  konsekuensi demikian. Pengulangan aktivitas yang terbatas hanya itu ke  itu saja, tak jarang juga menjadi tekanan tersendiri. Stress! Bahkan  stress pun dapat melanda mereka yang pekerjaannya menghibur. Misalnya  rutinintas kegiatan untuk mempersiapkan sebuah hiburan. Bagi kita  kehadirannya adalah hiburan, tapi bagi mereka itu adalah pekerjaan.

Dibesarkan dalam lingkungan budaya Jawa, saya dididik untuk tidak  gampang mengeluh. Namun realitas atas situasi yang tidak berubah,  mendorong saya tergoda untuk tidak patuh pada petuah didikan itu. Karena  saya tidak ingin berbohong pada apa yang sedang saya alami dan  pikirkan. Refresing dan suasana dipercaya dapat membantu. Kendalanya,  lagi-lagi,  harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi  waktu untuk itu terbatas. Lantas, haruskah  tinggal diam saja,  membiarkan apa yang terjadi, terjadilah? Atau kemudian justru menjadi  pintar?  Itu pilihan!

Dalam buku Born to win penulis mengungkapkan apabila kesulitan sering  menjadikan manusia kreatif untuk tetap mampu survive. Kejenuhan adalah satu proses yang menyulitkan bagi kehidupan. Sehingga kejenuhan membuat  seseorang menaruh harapan,  ada  lompatan pikiran, yang menunjukkan  bentuk kreatifitas baru. Hal itu bisa dicapai apabila seseorang  mengenal, seperti apa keadaan yang menyulitkan  itu. Setelah  mengenalnya,  berusaha berdamai dengan keadaan itu. Dari titik itulah,  kemudian melangkah. Step by steps.

Kini pilihan ada pada diri kita. Tidak ada salahnya jika kita belajar  memaknai apa yang sedang terjadi di rasa jenuh itu. Paling tidak ini  cara saya mengenal apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Manusia dengan  segala kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

Memahami kejenuhan sebagai sebuah pemberontakan. Gejolak akal budi  yang bergerak dinamis. Tidak puas, atau cukup dengan realitas yang ada.  Ia butuh sesuatu yang berbeda dari apa yang selama ini dijalani.  

Artinya, akal budi sedang dan terus bekerja. Ia membutuhkan  suasana-suasana baru dalam kehidupan seseorang. Ini menandakan  akal  budi masih hidup, dan aktif bekerja. Ia tidak berhenti pada satu titik.  Sisi kemanusiaan seseorang benar-benar masih berfungsi. Aktifitas yang  monoton, tak membuat manusia menjadi 'robot', tetapi mahluk spiritual  yang sisi batinnya selalu aktif mencari sesuatu yang indah untuk  dinikmati. Jika demikian, sudah selayaknya kejenuhan disyukuri  kehadirannya.

Diolah dari blog pribadi: 1, 2  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun