Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fakta Baru: Kebodohan Itu Menular

26 November 2014   18:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:47 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya awalnya tidak yakin jika kebodohan itu penyakit, wabah endemic. Tetapi kini saya mulai yakin, meski hasil gooling saya belum menemukan apa penyebabnya, virus atau bakteri. Saya hanya tahu gejalanya. Alasan kenapa kebodohan itu penyakit, sederhana ; keberadaannya tidak permanen, menyerang secara massif dan penularannya serius pada mereka yang berada pada lingkungan tempat membiaknya virus atau bakteri penyebabnya.

Mendeteksi seseorang telah tertular atau tidak, sebenarnya sederhana. Jika selama ini Anda melihat atau mendengar seseorang bertutur berdasarkan akal sehat, namun belakangan dia tidak lagi terlihat atau terdengar demikian. Anda patut menduga. Ditambah ia percaya begitu saja dengan hal-hal yang tidak masuk akal, reaktif dan mulai membuat pernyataan-pernyataan konyol, yang mudah dipatahkan bahkan oleh anak kecil yang baru paham baca, (ini menurut Anda). Anda mulai harus serius menduganya. Tetapi Anda jangan Ge-eR dulu jika dia yang terjangkit dan Anda aman-aman saja. Bisa jadi Andalah yang sedang terjangkiti. Virus atau bakterinya sedang menyerang penglihatan dan pendengaran Anda. Andalah yang justru sedang berubah.

Penyakit ini kebal obat. Apalagi oleh obat yang diresepkan oleh dokter yang cara bayarnya menggunakan kartu jaminan. Namun bukan berarti tidak ada obatnya yang murah-meriah. Seseorang hanya perlu keluar dari kawasan endemic, dan belajar dari awal bagaimana menggunakan akal sehat. Kenapa harus dari awal? Sebab penyakit ini menyerang syaraf kesadaran, dan membuat siapapun yang terjangkit lupa jati dirinya. Termasuk cara bagaimana menggunakan akal sehat.

Memori lama oleh virus atau bakterinya diganti dengan memori asing, menyerap semua bentuk kearifan yang pernah terekam. Lantas perlahan dan sistematis, membiakkan iri hati dan mengorientasikan pikiran untuk menempatkan hawa nafsu sebagai ‘yang dipertuan’. Fitnah dan pemutarbalikan fakta menjadi media tumbuh bagi virus atau bakteri jenis ini, menular lewat udara (baca ; atmosfir ) dan siapapun yang jiwanya sedang tidak fit sangat mudah terserang.

Pada stadium awal, penyakit ini tidak terlalu mengganggu, tetapi dalam jangka panjang menyebabkan seseorang adiksi pada ‘situasi tertentu’. Anda akan menggigil jika tidak membuat orang lain terganggu. Badan Anda panas tinggi jika melihat orang lain sukses. Bahkan Anda akan berguling-guling hingga pingsan jika mendengar dan melihat orang lain di puji di depan Anda. Intinya ; Anda tidak akan lagi sanggup melihat dan mendengar hal baik dari orang lain, selain diri Anda sendiri.

Ketika saya menuliskan ini, badan saya pun mulai menggigil. Jangan-jangan !?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun