Keadaan pekerja/buruh di Indonesia saat ini dibenturkan pada masalah-masalah yang cukup pelik, diantaranya persaingan dalam dunia bisnis antar perusahaan semakin ketat bersaing, sehingga membuat pengusaha harus berfikir keras pada rangkaian proses dan aktivitas penciptaan produk dan jasa yang berkaitan dengan kompetisi utamanya. Karena adanya persaingan dalam dunia bisnis, menghasilkan sejumlah produksi dan jasa yang memiliki tingkat kualitas serta daya saing di pasaran. Hal ini membuat perusahaan berupaya untuk melakukan efisiensi biaya produksi. Keadaan buruh ini membuat mereka butuh wadah untuk menyampaikan aspirasi dan menyuarakan hak – hak nya. Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) adalah salah satu organisasi serikat buruh terbesar di Indonesia. Mereka konsisten menyuarakan hak – hak buruh serta berusaha menghadirkan kesejahteraan bagi para buruh di Indonesia. Seperti banyak serikat buruh lainnya, KSBSI menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam memperjuangkan hak-hak pekerja. Berikut adalah beberapa tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh KSBSI:
Tantangan
1. Globalisasi dan Teknologi
Perubahan cepat dalam teknologi dan globalisasi ekonomi sering kali mengancam pekerjaan tradisional. Pekerja perlu terus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi untuk tetap relevan di pasar kerja.
Â
2. Regulasi Pemerintah
Kebijakan pemerintah yang kadang tidak berpihak pada pekerja, seperti fleksibilitas pasar tenaga kerja, bisa menjadi tantangan besar bagi KSBSI. Implementasi Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Law) misalnya, telah menimbulkan kontroversi dan penolakan dari banyak serikat buruh.
Â
3. Kesadaran dan Partisipasi Buruh
Rendahnya kesadaran dan partisipasi buruh dalam kegiatan serikat juga menjadi tantangan. Banyak pekerja belum sepenuhnya memahami pentingnya peran serikat buruh dalam melindungi hak-hak mereka.
Â
4. Internal Serikat
KSBSI juga menghadapi tantangan internal seperti manajemen organisasi yang efektif, keterbatasan sumber daya, dan kebutuhan untuk terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pemimpin serikat.
Â
Ancaman
1. Union Busting
Praktik union busting oleh perusahaan, yaitu tindakan untuk melemahkan atau membubarkan serikat buruh, menjadi ancaman serius. Ini bisa mencakup intimidasi, diskriminasi terhadap anggota serikat, atau pemecatan aktivis serikat.
Â
2. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi, seperti yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, dapat mengancam stabilitas pekerjaan dan pendapatan buruh. Pemutusan hubungan kerja massal dan penurunan upah sering kali menjadi dampak langsung dari krisis ekonomi.
Â
3. Persaingan Tenaga Kerja Internasional
Dengan adanya pasar tenaga kerja yang semakin terbuka, persaingan dengan tenaga kerja dari negara lain bisa mengancam posisi pekerja lokal. Hal ini terutama dirasakan pada sektor-sektor yang padat karya.
Â
4. Perubahan Kebijakan
Perubahan kebijakan yang tiba-tiba dan kurang konsultasi dengan serikat buruh dapat menjadi ancaman. Kebijakan seperti pengurangan subsidi atau perubahan dalam peraturan ketenagakerjaan bisa berdampak negatif pada kondisi kerja buruh.
Â
Strategi Menghadapi Tantangan dan Ancaman
1. Advokasi dan Lobi
KSBSI perlu terus melakukan advokasi dan lobi kepada pemerintah untuk memastikan kebijakan yang dibuat berpihak pada buruh.
Â
2. Peningkatan Kapasitas
Meningkatkan kapasitas pemimpin serikat melalui pelatihan dan pendidikan agar lebih efektif dalam memperjuangkan hak-hak buruh.
3. Solidaritas Antar Serikat
Membangun solidaritas dengan serikat buruh lain, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk memperkuat posisi dalam negosiasi.
4. Kampanye Kesadaran
Melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran buruh tentang pentingnya berorganisasi dan hak-hak mereka.
Dengan strategi yang tepat, KSBSI dapat terus berperan penting dalam memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan pekerja di Indonesia meskipun menghadapi berbagai tantangan dan ancaman. Menghadapi tantangan ini, serikat buruh perlu membuat pengembangan strategi yang lebih efektif dan adaptif demi mempertahankan dan memperjuangkan hak-hak buruh di tengah situasi yang terus berubah. Dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, perusahaan, serta masyarakat luas, sangat diperlukan untuk memperkuat posisi serikat buruh dan memastikan hak-hak buruh terpenuhi. Dukungan publik dan politik juga menjadi faktor yang memengaruhi kekuatan serikat buruh. Kurangnya dukungan politik berarti serikat buruh tidak dapat seluruhnya terlepas dari politik, ini dikarenakan kebijakan ketenagakerjaan berasal dari keputusan politik. Jadi, keluarlah kesimpulan KSBSI merasa perlu memiliki perwakilan di parlemen untuk memperjuangkan hak-hak buruh secara efektif. Selain itu, kurangnya kesadaran dan keberanian dari buruh itu sendiri juga dapat menjadi masalah. Banyak buruh yang tidak bergabung dengan serikat karena kurangnya pemahaman mengenai hak-hak mereka atau takut akan pertimbangan dari perusahaan. Hal ini mengurangi keikutsertaan dan dukungan mereka terhadap serikat buruh, dan ini juga bisa melemahkan posisi mereka dalam negosiasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H