Mohon tunggu...
Yudha Sanjaya
Yudha Sanjaya Mohon Tunggu... -

I am Me\r\n\r\n\r\nalso cek http://mulyasanjaya.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Trimbil: PNS Muda Gendut yang Mengurus

12 Januari 2012   04:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:00 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326353223588199496

Semalam sepulang dari kantor setelah seharian bergelut demi bangsa dan negara, Trimbil menyempatkan diri menyalakan televisi untuk melihat perkembangan negeri ini melalui layar kaca di kamar kosnya. Channel yang sudah diset di angka 0 sengaja dia pencet demi menonton program yang nama programnya apabila ditulis dalam bahasa inggris menjadi "Your Voice" itu. Segera Setelah pembawa berita yang cantik menyelesaikan penyampaian informasi mengenai sajian hari itu, ada satu berita yang menarik rasa penasaran dalam dirinya berjudul "Rekening Gendut PNS Muda". Waow PNS muda memiliki rekening gendut? Siapa saja ya kira-kira? begitu gumam dalam hatinya yang merasa dia muda, dia PNS, dan jumlah Rupiah dalam Rekening yang dia miliki cukup bisa membuat gendut apabila digunakan untuk membeli makanan sekaligus pada satu hari itu semuanya.

Begitu berita ditayangkan, seketika rasa kecewanya mengemuka sedikit demi sedikit,  kenapa? hai stasiun tipi bacalah curhat Trimbil berikut ini - tulis dia.

1. Karena judul dan isi benar-benar tidak sama. yang ditampilkan adalah proses persidangan sang Koruptor Gayus Tambunan dan proses pelayanan di Direktorat Jenderal Pajak yang biasa disingkat DJP yang secara tidak kebetulan adalah tempat kerja si Trimbil. lha judulnya kok PNS tapi isi beritanya kok PNS Pajak aja yang ditampilkan, Trimbil merasa kasihan pada PNS yang lain, pasti mereka akan merasa didiskriminasikan karena tidak ikut berperan di dalamnya dan tidak diikutkan dalam generalisasi istilah oleh media massa tersebut. kasihan mereka.

2. Katanya yang dibahas PNS muda, tapi yang ditampilkan kok yang sudah tua-tua, bahkan disebutkan dua pegawai sudah diproses oleh bapak Dirjen DJP yang setahu Trimbil usianya sudah tidak muda lagi, ayolah Stasiun Tipi realistis sedikitlah dan sekali-kali membuat berita yang bener sekali saja tidak mengapa, Trimbil yang masih muda-muda ini yang seharusnya disorot, sekali-kali liputlah rekeningnya, kehidupannya, asal muasalnya, yang kalian sebut PNS muda yang mana dia baru berumur 27 tahun dan baru 3 tahun bergabung di Direktorat itu. hai stasiun tipi janganlah yang tua kalian sebut Muda.

3. Trimbil Menjadi semakin miris manakala mendengar komentar penelepon, yang semakin menghujat kinerja DJP karena dua pegawainya akan dihukum, bukankah harus diapresiasi penegakan hukum di DJP ? yang salah PASTI dihukum. coba hai stasiun Tipi sebutkan apa ada pegawai di PNS lain yang sudah diproses dan dihukum seperti DJP? nope. hanya di DJP hukum ditegakkan, yang salah akan dihukum yang benar akan dilindungi, kalau ada yang merasa ada pegawai DJP yang salah telepon saja 500200 pasti diproses tuh pegawai, dijamin 100%. kalau mau tahu pelayanan di DJP yang katanya penuh korupsi, datang saja ke KPP terdekat dan lihat sendiri bagaimana mereka bekerja penuh pengabdian pada bangsa ini. semoga masyarakat kita bisa lebih bijak lagi melihat yang benar dan yang salah. yang mana yang harus di dukung dan yang mana yang harus dibumihanguskan.

Sampai sejauh ini sudahkah kalian merasa kecewa dengan tulisan Trimbil ini yang isi sama judulnya tidak begitu sinkron, hahaha. memang sengaja demikian Dia buat.

Okelah, mari kembali ke topik. Sesuai judul kata "mengurus" dalam judul bukan me-referensi atas kata menangani atau mengerjakan sesuatu yang sedang ditekuni tapi lebih ke meng-kurus, menjadi kurus, kurusan, agak kurusan, menyusut (berat badannya), begitulah gambaran diri Trimbil sekarang. Setelah tiga tahun bergabung sebagai jajaran Pegawai Negeri Sipil dengan tujuan mulia "merubah dari dalam, Action Now Talk Later, Aim High Reach High Try High...dan banyak lagi jargon dia"  demi mendukung semangat reformasi birokrasi di Direktorat tempat Dia bekerja saat ini, maka sudah saatnya bagi dia untuk membandingkan Berat Badan yang dulu sering dikeluhkan oleh istrinya.

Saat masih bekerja di swasta berat badan Trimbil mencapai 87 Kg, dengan tinggi badan 172 cm dan tidak bertambah lagi semenjak SMA maka dapat dikatakan sesuai rumus dokter bahwa berat badan Dia tidak ideal, dan cenderung memiliki kolesterol tinggi serta rentan terhadap berbagai macam penyakit. dan saat ini setelah bergabung dengan institusi yang sangat Dia banggakan berat badannya saat ini tercatat 74 Kg. Dalam kurun waktu tiga tahun berat badan bisa turun 13 Kg. sungguh suatu prestasi yang luar biasa yang sulit Dia wujudkan pada saat masih kuliah dan bekerja di swasta.

Dengan kondisi kegiatan harian yang sama yang sering dia lakukan sebelum bertitel PNS maka penurunan berat badan ini dapat diambil kesimpulan filosofisnya bahwa pergerakan dalam tubuhnya menjadi lebih sering, peredaran darah lebih lancar, istilah gampangnya dia lebih rajin bekerja lebih tekun dan hidup lebih sederhana semua demi negara dan bangsa, jauh dari anak dan istri pun dia lakoni, 2 minggu sekali menjadi pegawai PJKA (pulang jumat kembali ahad) pun dia lakoni demi melihat anak istrinya di kampung Semar dimana dia tinggal, meski hanya sejenak tapi efek penyegarannya sungguh terasa sampai memberi dia banyak energi untuk bekerja 2 minggu berikutnya.

Namun yang terjadi adalah stigma kebodohan disematkan untuk dirinya oleh para tetangga di kampung halamannya yang mengatakan dia menjadi kurus karena tidak bisa korupsi seperti kawannya, Astaga Naga sebegitunya stigma negatif pegawai tempat dia bekerja sampai-sampai Ibu-ibu tetangga yang setiap hari mengatur rumah tangga dan belum pernah mengurus Pajak apalagi ber-NPWP apalagi mendatangi kantor tempat dia bekerja mengatakan hal yang demikian itu. Bahkan kalimat itu diucapkan setelah 3 tahun mereka bertanya "bayar berapa untuk menjadi PNS disitu?" yang waktu itu dijawab oleh Trimbil "kira-kira habis 4 jutaan lebih dikit".

Yups memang perlu 4 juta untuk mendapatkan titel itu, 1,5 juta adalah tiket pesawat untuk bolak-balik dari tempat kerja Trimbil di Kalimantan ke Surabaya untuk mengikuti Tes pertama yaitu Tes Potensi Akademik, dan ternyata dia lulus, kemudian harus menyiapkan lagi 1,5 juta lagi untuk Tes kedua yaitu Tes Psikotes, setelah dia lulus lagi ternyata tabungan Trimbil sudah menipis sehingga dia memutuskan resign dan naik kapal dari tempat kerja dia ke Surabaya untuk mengikuti tes ketiga yaitu Tes Olahraga dan Kesehatan, berikutnya dia mencoba melamar pekerjaan sembari menunggu hasil tes maka dia putuskan nge-kos di surabaya untuk sementara waktu. sampai akhirnya ternyata  dia Lulus untuk mengikuti Tes Wawancara yang dapat dipastikan karena kesungguhan dia Membeli Buku-Buku TPA 5 pcs, Psikotes 4 pcs, Vitamin dan Susu untuk menghadapi tes Olahraga selama seminggu, serta Buku Wawancara sebanyak 3 pcs yang kesemuanya sudah dibabat habis dan Khatam dipelajari olehnya yang akhirnya mengantarkan dia menjadi seperti sekarang ini dan total semuanya dari awal proses hingga akhir kira-kira 4 juta lebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun