Mohon tunggu...
ADOLPHUS OTTOPER
ADOLPHUS OTTOPER Mohon Tunggu... Petani - PETUALANG JIWA DALAM KATA

Suka menikmati Udara Segar dalam Permenungan setiap hari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paradoksalitas Surga Kecil Jatuh ke Bumi Papua

31 Januari 2024   00:57 Diperbarui: 31 Januari 2024   01:01 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"perbedaan adalah tubuhku sendiri dan perbedaanlah guru yang sempurnah bagiku".ao:lisapat.

Pada 28 Desember 2023, dikejutkan dengan kejadian keotif sebagai hadiah Natal di hadapan seluruh masyarakat di kota jayapura dan sekitarnya. Hadiah ini sungguh memiluhkan semua orang yang memiliki akal sehat dan terjadi begitu saja di luar akal manusiawi.

Jenazah selalu dihormati dan dihargai dalam situasi dan keadaan yang mendukung setiap pelayat untuk merenungi dan merefleksikan sejarah kebaikan yang pernah dibagikan mendiang bagi pelayat. Namun kejadian ini ternyata terbalik luarbiasa dan sungguh meresahkan seluruh warga yang dilahirkan dan dibesarkan secara percuma dari rahim perjuangan para pahlawan Indonesia yang mati demi kita hari ini dan di sini.

Kejadian ini merupakan kejadian yang bertolak belakang dengan repetisi yang senantiasa diulang-ulang yakni: PAPUA TANAH DAMAI juga ada refren lain: PAPUA ADALAH SURGA KECIL YANG JATUH KE BUMI. Repetisi PAPUA ADALAH TANAH DAMAI juga PAPUA ADALAH SURGA KECIL YANG JATUH KE BUMI ini ternyata bunyi yang omongkosong. Repetisi ini bila dianggap adalah kenyataan hidup alam manusiawi Papua maka tidak ada kejadian brutal pada 28 Desember 2023, melainkan kedamaian, keharmonisan hidup yang sungguh nyata bukan omongan kosong. Dan kota Jayapura sebagai taman Eden yang bisa dinikmati sekaligus sebagai dapur hidup untuk semua orang dari sejak kemerdekaan hingga detik ini yang datang dan tinggal di Bumi Cendrasi ini.

"Orang yang mengerti dengan baik dan benar maka kelakuan hidupnya pun sungguh benar": Aristoteles dalam Echinomacheanya. Maka manusia yang punya akal budi sehat dan punya logika sehat tidak gampang dikotori. Mengerti dan menerima sesuatu yang sehat dan baik dijadikan aktivitas yang sesungguhnya menjadi rutinitas kritifitas dalam reflektifitas atas human errornya. Efeknya tidak akan membuktikan energi kejatahan melainkan keraguan yang muncul dalam diri dan luar dirinya untuk bahan permenungan diri yang kemudian menggairahkan ketajaman berfikir yang tidak merugikan oranglai dan diri sendiri.

Ketajaman berfikir dan kemampuan rerflektifitas ini tidak akan dipatahkan oleh oranglain yang tidak punya dasar teori yang kuat dan tidak punya pendirian yang memang tidak punya akal sehat lagi. Kenyataan ini persis akan mengingatkan kita serta menimbulkan kesadaran atas diri kita terhadap pernyataan Kant yang mengatakan bahwa manusia adalah binatang yang punya akal budi atau manusia adalah makluk rasional.

Berdasarkan ini kita dapat memiliki kesadaran dan memiliki kemampuan untuk merefleksikan kelakuan yang sungguh menghapus martabat manusia dan sekaligus mencoret, MENGHAPUAS istilah yang sangat indah dan sejuk yakni PAPUA ADALAH TANAH DAMAI dan PAPUA ADALAH SURGA KECIL YANG JATUH KE BUMI.

Papua tanah damai dan Papua adalah surga kecil yang jatuh ke bumi ini adalah semangat dan sekaligus roh yang dapat menerangi semua manusia di tanah Papua ini bila diterima dan dimengerti dengan akal budi yang sehat, logika dan paradigma berfikir yang tidak membunuh martabat kemanusiaan yakni tidak merugikan diri sendiri dan oranglain. Semangat ini akibatnya membuat orang Papua yang pintar dan Cerdas tidak akan malas kerja di tanah sendiri dan akan punya kerendahan hati untuk bersatu dan berbagi kelebihana kekurangan hidup tanpa rasisme. Bahkan Orang Papua yang punya akal sehat tidak akan minder, irihati terhadap saudaranya sendiri yang berbeda pola pikir dan latar belakangnya. Ia sebagai tuan rumah Papua yang penuh rendah hati dan bisa bersikap cinta kepada Anak-anak angkatnya yang kemudian dijadikan seperti anak kandung dalam kota Jayapura ini.

Kota Jayapura menjadi rumah bersama sekaligus menjadi Bapa, dan IBU yang mahakasih diperlakukan seperti Cinta Orangtuas bagi anak-anaknya yang datang dan pergi dan kembali lagi. Rasanya ini merupakan potensi yang selama ini dipendam tetapi tidak terwujudkan sehingga Orang Papua adalah Orang pintar dan cerdas serta punya logika luar bisa tertumbang hancur pada kejadian yang dirayakan pada 28 Desember hingga selesai.

Kejadian tersebut adalah penyesalan besar bagi orang-orang Surga Kecil yang jatuh ke bumi. Kejadian ini juga ternyata merubah Surga kecil dan Tanah Damai menjadi neraka bagi semua orang yang mengalaminya. Kita tidak bisa mengembalikan Surga kecil dan tanah damai Kita. Surga Kecil dan tanah Damai Kita yang dahulu dianggap suci dan putih kini menjadi kotor dan hitam sehingga menimbulkan bekas yang tidak bisa dihapus oleh siapapun di Kota dan tanah Kita Ini.

Apapun alasannya bahwa Perbedaan adalah rahmat Hidup yang memerkaya dan menutupi kelemahan egoisme serta memerindah manusia. Hanya orang-orang yang tidak punya otak bisa jatuh pada level kehilangan akal budi.kita dapat menyadari alaqm sekitar kita yang senantiasa mengajarkan pada kita manusia yang punya Akal budi bahwa hewan buas yang tidak pernah tersentuh dengan ikatan emosional manusia adalah manggsanya yang harus disantap sampai habis. Ini terjadi dengan alamiahnya karena binatang memang tidak punya akal budi seperti manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun