Pembelajaran bahasa sering kali menjadi tantangan bagi banyak orang, terutama ketika menghadapi kosakata dan struktur kalimat yang kompleks. Namun, ada satu teori yang dapat memandu proses belajar bahasa menjadi lebih efektif, yaitu Input Hypothesis yang diperkenalkan oleh Stephen Krashen pada tahun 1982. Teori ini telah menjadi landasan penting dalam pengajaran bahasa, terutama bahasa kedua atau asing.
Apa itu Input Hypothesis?
Menurut Krashen, perkembangan kemampuan bahasa seseorang bergantung pada input (masukan) yang sedikit lebih tinggi dari tingkat pemahaman mereka saat ini. Dalam teori ini, level input ini disebut sebagai i+1.
i: Level kemampuan bahasa pelajar saat ini.
+1: Informasi baru yang sedikit lebih sulit tetapi masih bisa dipahami dengan bantuan konteks atau petunjuk lain
Sederhananya, belajar bahasa yang efektif terjadi ketika seseorang memahami materi baru yang menantang, tetapi tidak membuat mereka terlalu frustrasi.
Bagaimana Input Hypothesis Bekerja?
Teori ini bekerja berdasarkan gagasan bahwa otak kita mempelajari bahasa secara bertahap. Jika masukan terlalu mudah (i), pembelajar tidak akan berkembang. Sebaliknya, jika terlalu sulit (i+2 atau lebih), pembelajar akan merasa kewalahan dan kehilangan minat. Oleh karena itu, input harus berada pada tingkat yang "sedikit lebih sulit" untuk memastikan pelajar tertantang tetapi masih mampu memahami informasi.
Contoh Praktis
1. Level pemulaÂ
Pelajar yang hanya tahu beberapa kosakata dasar seperti "apple" dan "eat" akan mendapat manfaat dari kalimat seperti "I eat an apple every morning." Kalimat ini mengandung informasi baru ("every morning") tetapi masih dapat dipahami karena konteksnya jelas.