Dengan tergesa-gesa, ia menutup pintu kamar dan memutuskan untuk keluar rumah. Rasa takut mulai menguasainya, tetapi ia tetap mencoba berpikir rasional. Â
Malam harinya, Raka baru pulang kerja sekitar pukul sepuluh malam. Adinda sudah menunggunya di ruang tamu. Â
"Cermin itu aneh, Ka. Aku dengar suara bisikan tadi siang," kata Adinda sambil memegangi lengannya. Â
Raka menatapnya dengan raut prihatin. "Mungkin kamu terlalu lelah. Besok aku panggil orang untuk bawa keluar cermin itu, kalau kamu merasa nggak nyaman." Â
Adinda mengangguk, merasa sedikit lega. Â
Namun, malam itu, ia terbangun oleh suara ketukan. Bukan dari pintu atau jendela, tetapi dari arah cermin. Tok... tok... tok. Â
Adinda membuka matanya lebar-lebar. Raka masih tidur di sebelahnya, tidak menyadari apa-apa. Dengan jantung berdebar, ia menatap ke arah cermin. Â
Ketukan itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras. Tok! Tok! Â
"Siapa di sana?" bisiknya, meskipun ia tahu itu hal yang bodoh. Â
Tiba-tiba, cermin itu berembun, seolah-olah ada seseorang yang bernapas dari balik kaca. Dan kemudian, dengan perlahan, sebuah tulisan muncul dari embun itu: Â
"Tolong aku..."Â