Mohon tunggu...
Juanda Polado Sitorus
Juanda Polado Sitorus Mohon Tunggu... -

East Borneo..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita si Devon

18 Januari 2010   01:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:24 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Devon bocah umur 7 tahun. Suatu hari sabtu pagi, dimana biasanya orang tuanya tidak bekerja dan tidur sampai agak siang, Devon menyiapkan sebuah kejutan. Ia berencana membuat pancake. Ia mengambil sebuah mangkuk besar,sendok, menggeser kursi ke pinggir meja, dan menarik sebuah tupperware berisi tepung yang berat, menumpahkan sebagian isinya ke lantai. Lalu ia mengambil tepung itu dengan tangannya, sebagian berserakan di meja makan, lalu mengaduknya dengan susu dan gula sehingga bekas adonan berceceran di sekelilingnya. Ditambah lagi dengan beberapa telapak kaki kucingnya yang ingin tahu apa yang sedang terjadi. Devon tampak tertutup dengan tepung dan kelihatan sangat frustasi.

Yang dia inginkan hanya membuat sesuatu untuk menyenangkan mama dan papanya. Tapi kelihatannya yang terjadi malah sangat amat buruk. Dia sekarang tidak tahu harus berbuat apa, apakah memasukkan adonan ke dalam oven atau dibakar di perapian. Lagipula dia tidak tahu cara menyalakan api di kompor atau di oven. Tiba - tiba dia melihat kucingnya menjilati isi adonannya dan secara reflek mendorong si kucing agar tidak memakan adonan itu. Si kucing terlempar, membawa serta beberapa butir telur mentah yang ada di meja.

Dengan cemas ia berusaha membersihkan telur yang pecah itu, tetapi justru terpeleset karena licinnya lantai yang kini dipenuhi dengan tepung, membuat pakaian tidurnya kotor dan lengket.

Dan saat itu jugalah dia melihat papa berdiri di dekat pintu. Air mata akhirnya berjatuhan di pipi Devon. Yang ingin dia lakukan adalah berbuat baik, tetapi justru kekacauan yang luar biasa yang ia buat. Kini ia hanya dapat pasrah menantikan omelan, jeweran atau mungkin malah pukulan.

Tetapi papa hanya memandang dia. Lalu berjalan melewati semua kotoran yang ia buat, mengangkat dan menggendong anaknya yang kini sedang menangis sehingga baju tidur papa ikut menjadi kotor. Papa memeluk dan mencium Devon.

Begitul pula lah…….. yang terjadi antara Dia (Sang Pencipta) dengan kita. Kita ingin berbuat sesuatu yang baik, tetapi malah kekacauan yang kita hasilkan.

Pernikahan menjadi kacau, sahabat karib bertengkar, kita tidak tahan dengan keadaan di tempat kerja, kesehatan kita memburuk. Semua yg telah kita lakukan selama ini sepertina sia2. Semua ini terjadi justru karena kita ingin berbuat yang baik. Kadang kala yang tersisa hanya tangisan karena tidak ada lagi yang dapat kita lakukan. Di situlah saatnya kita menerima kasih dan pelukanNya.

Bila anda merasakan kasihNya mengetuk di pintu hati anda hari ini, jangan menolakNya. Terima kasih Bapa untuk hari ini, terimakasih untuk kasihMu.

"But God demonstrates His own love for us in this: While we were still sinners, He died for us."-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun