Mohon tunggu...
Juan Fransiska
Juan Fransiska Mohon Tunggu... -

Tegur sapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketercerabutan Identitas, Tanah dan Kita

13 April 2013   07:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:17 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu (6/4) lalu saya menemani teman-teman dari kajian kemiskinan melakukan praktek beberapa tool PRA di salah satu perkampungan setingkatRW di Desa Ciburial, Dago. Sebuah perkampunganyang beberapa tahun belakang mulai menjadi tujuan trakking komunitas sepeda di seputaran Kota Bandung. Penduduk kawasan itu sehari-harinya menggantungkan hidup pada pengelolaan tanah,atau yang lebih dikenal sebagai petani.

Dibentang lanskap lembah perbukitan dan udara yang sejuk di pagi itu, muncul suatu perasaan tragisketika mencoba memahami apa yangsedang terjadi di sana. Tetapi sepertinya mereka tak dapat lagi sepenuhnya disebut sebagai petani. karena persentase kepemilikan atas tanah semakin kecil. Tanah yang semula merupakan lahan pertanian telah beralih kepemilikan kepada orang-orang luar yang memiliki modal. Lalu ditinggalkan begitu saja, dibangun menjadi villa atau di paro.

Paro yang merupakan sistem bagi hasil pertanian antara pemilik lahan yang baru dengan penduduk, akhirnya menempatkan penduduk pada posisi menumpang tinggal atau bertani dilahan yang pada awalnya merupakan milik mereka sendiri. Di sisi lain, sumber air untuk lahan pertanian yang berada di lahan yang telah beralih kepemilikan, membuat penduduk yang masih mengolah lahannya sendiri tidak bisa lagi menggunakan air secara bebas. Hal yang menjadi masalah berat bagi penduduk, terutama pada musim kemarau. Para petani yang kondisinya semakin sulit itu, juga mesti menghadapi serangan monyet yang turun ke lahan pertanian mereka dan merusak tanaman.

Tak hanya lahan pertanian yang sedikit, perkampungan pun sudah tidak memiliki daya dukung lahan untuk dibangunnya sebuahrumah bagi pasangan keluarga baru disana. Karena perkampungan yang luasnya tak sampai 10 ha itu telah dilingkupi dengan batas Taman Hutan Raya Ir.Juanda.

Menurut salah seorang penduduk, gambaran lebih tragis tentang apa yang sedang terjadi dapat dilihat pada Kampung Negla yang letaknya tak jauh dari perkampungan itu. Penduduk kampung itu beramai-ramai menjual haknya atas tanah dan rumah kepada pemilik modal yang tinggal jauh di Jakarta dan hanya menyisakan 6 KK yang tinggal menumpang ditanahnya semula. Sedangkan yang lainnya pindah, keluar dari kampung asalnya.

Mereka semua tak lagi berdiri kokoh diatas tanah olahannya, terlepas dengan ikatan tradisionalnya atas tanah dalam konsep ataupun kultur petani yang dipercayai selama ini. Bahwa identitas petani dibangun pada hubungannya dengan tanah dan kemampuan mengolahnya. Lagi-lagi ini hanyalah penggalan dari sekian banyak kisah tragistentang tercerabutnya identitas suatu komunitas.

Mungkin apa yang disampaikan mantan Presiden As Franklin Roosevelt dapat disitir untuk mewakili ini semua bahwa “ sejarah setiap bangsa akhirnya ditulis sesuai dengan caramereka memperlakukan tanahnya”. Sejarah kebudayaan manusia mencatat bagaimana sebenarnya peradaban manusia jatuh dan bangun dari persoalan hubungan manusia itu sendiri dengan tanah. Dimulai dari manusia purba atau sukunomadenmenemukan pola hidup menetap dengan mengolah tanah menjadi perladangan, sawah dan seterusnya. Mengebor perut bumi dan mengeruknya mineralnya. Selanjutnya menimbulkan peperangan, konfliksipil juga bencanaalam dimana-mana karena disalah kelola-an oleh manusia.

Terlepas dari semua itu, dalam cakupan yang lebih luas apa yang menjadi penting untuk disampaikan adalah bagaimana melihat kembali hubungan kita sebagai manusia dengan tanah. Bagaimana menempatkan tanah dalam masa depan komunitas dan manusia secara keseluruhan. Tanah lah dasar pijakannya, tempat semuanya tumbuh, berasal dan kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun