Mohon tunggu...
Jua Nengsih
Jua Nengsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STAI Riyadhul Jannah Subang

Hamba Allah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Awan Sendu pada Sebuah Perjalanan Menuju Penerimaan

20 November 2024   17:06 Diperbarui: 20 November 2024   17:19 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pernahkah kita merasa terombang-ambing oleh perasaan yang tak terkendali? Seakan ada awan sendu yang menyelimuti hati, menghalangi sinar mentari kebahagiaan. Dalam lirik lagu atau ungkapan hati, sering kita temui ungkapan "Allah selalu tahu apa yang ada di dalam hatiku." Ungkapan ini menjadi semacam pengingat bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi gejolak perasaan.

Ketika rasa cinta atau ketertarikan yang mendalam pada seseorang justru membawa duka, kita seringkali memohon kepada-Nya agar perasaan itu sirna. Dalam kesunyian malam, kita bermunajat, berharap Allah akan mengabulkan permohonan kita. Namun, tak jarang doa kita tak serta-merta dijawab sesuai harapan. Justru, melalui proses yang mungkin terasa panjang dan menyakitkan, Allah memberikan petunjuk-petunjuk yang lembut. 

Seiring berjalannya waktu, kita mulai menyadari bahwa terlalu berharap pada manusia adalah sebuah kesalahan. Harapan yang berlebihan seringkali membawa kekecewaan. Manusia, dengan segala keterbatasannya, tidak dapat menjamin kebahagiaan kita secara utuh. Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui dan Maha Memberi.

Melalui pengalaman pahit, kita diajarkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Kita belajar untuk ikhlas menerima segala takdir-Nya, termasuk perasaan yang pernah kita rasakan. Ketika hati mulai tenang dan lapang, kita akan menemukan kedamaian yang sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun