Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maraknya Kekerasan pada Anak, Apa Tindakan Kita?

9 Agustus 2024   20:39 Diperbarui: 9 Agustus 2024   20:40 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edi Wahyono/detik.com

Kekerasan seksual terhadap anak semakin memprihatinkan. Bayangkan saja, berdasarkan catatan Kemen PPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), sekitar 9.588 kasus kekerasan seksual terhadap anak pada tahun 2022. Jumlah itu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yakni 4.162 kasus. 

Pada waktu lalu,  seorang siswi TK diperkosa oleh anak anak SD berusia 8 tahun di Mojokerto, Jawa Timur. Ada juga anak berumur 16 tahun di Parigi Moutong Sulawesi Tengah diperkosa oleh 11 orang. Data-data tersebut telah membuktikan bahwa kekerasan seksual terhadap anak makin memprihatinkan ataupun darurat.

Apa tindakan kita?

Kalau sudah begini, kita terutama orangtua dan guru serta masyarakat harus mengambil tindakan. Tindakannya dengan mengawasi anak agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang negatif, contohnya menonton video pornografi. Karena menonton video pornografi akan merusak otak anak. Anak menjadi kecanduan dan tergerak hati untuk melakukan tindakan sesuai dengan video yang ditontonnya. Karena itulah, pentingnya pengawasan oleh orangtua pada khususnya. Orangtua harus mengawasi anak ketika bermain handphone atau gadget, menggunakan laptop maupun menonton televisi. Sangat mungkin si anak akan melakukan kegiatan negatif bila tidak diawasi.

Selanjutnya, orangtua dan guru harus mendidik anak dan mengingatkan anak lebih rutin dan lebih keras. Si anak harus diberi asupan nasihat setiap hari mengenai kegiatan-kegiatan apa yang boleh dilakukan dan kegiatan apa saja yang positif untuk setiap harinya dilakukan. Anak-anak butuh nasihat dan arahan agar tidak lari dari jalur yang benar. Anak juga diingatkan untuk bergaul dengan orang-orang yang tepat. Jikalau di sekolah, maka bergaul dengan teman di sekolah yang bisa diajak berdiskusi, bermain dan belajar bersama.

Kalau sudah di rumah, maka si anak pun harus diawasi dan dinasehati agar bermain maupun berkegiatan di sekitar rumah saja dan tidak keluar dari lingkungan sekitar. Hal itu penting agar anak tidak melihat dan meniru tingkah laku atau perilaku orang lainnya yang dapat merusak pikirannya. Anak-anak itu harus diawasi lebih ketat dan diingatkan terus menerus. Saat ini tindak kejahatan semakin mengintai. Banyak pula predator anak yang siap menerkam anak lainnya sehingga harus terus diawasi. Kepentingan terbaik anak haruslah diutamakan demi mewujudkan anak yang punya masa depan cerah dan membanggakan bagi nusa dan bangsa.

Kita harus mengingat bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa yang memang harus dibina dan diajari dengan baik agar menjadi dewasa yang berguna. Coba bayangkan saja, jika anak usia dini sudah terkontaminasi kekerasan seksual, maka masa depannya pun akan hancur. Semangat belajar pun akan berkurang. Karena itu, ayo kita bertindak mencegah kekerasan seksual mengintai dan merusak anak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun