Baru-baru ini kita dikejutkan dengan kasus kekerasan yang terjadi di pesantren. Kekerasan seksual tersebut dilakukan oleh HW (36), pimpinan salah satu yayasan pesantren di Kota Bandung, Jawa Barat terhadap 14 santri.
Dari 14 santri yang menjadi korban pencabulan HW, diketahui empat diantaranya hamil hingga melahirkan sembilan bayi.
Dari kondisi ini menjadi potret buruk di negeri kita bahwa kekerasan seksual itu masih merebak dan masih banyak terjadi di kalangan masyarakat.
Hal-hal seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada aksi dan juga reaksi yang kita lakukan untuk menekan dan mencegah terjadinya kekerasan seksual semakin banyak.
Peran kita
Dalam hal ini, peran kita sebagai masyarakat terutama di dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal harus dikuatkan. Tindakan yang layak kita lakukan adalah dengan semakin gesit mensosialisasikan bahaya kekerasan seksual di masyarakat.
Penting pula dilakukan berbagai musyawarah atau diskusi atau sosialisasi di daerah bersama pimpinan daerah kabupaten/kota, maupun desa/kelurahan bahwa saat ini sedang terjadi banyak kekerasan seksual yang menimpa anak-anak dan remaja.
Diingatkan pula bahwa setiap orang terutama orangtua lebih aktif dalam memperhatikan tindakan anak sehari-hari, baik di sekolah, lingkungan rumah maupun asrama.
Orangtua harus semakin sering menanyakan kabar anak dan kegiatannya selama di luar rumah. Dan, jangan pernah percaya dengan orang-orang yang tidak kita kenal.
Untuk saat ini dimana marak terjadi kekerasan seksual, alangkah baiknya tidak mempercayai siapa saja yang mencoba merayu, membujuk dan mengumbar janji pada anak tentang sesuatu hal agar nantinya tidak tertipu maupun terbuai dengan janji maupun perkataan yang disebutkan.