Begitu menyedihkan dan memprihatinkan ketika seorang Ibu melibatkan anak kandungnya dijadikan budak seks. Bayangkan, TA (45) libatkan anak kandungnya, inisialnya Y (25) yang rela bertransaksi seks itu berlangsung melalui WhatsApp.
Dari kondisi ini, begitu memprihatinkan ketika Ibu berbuat seperti itu kepada anak kandungnya yang merupakan darah dagingnya sendiri. Coba kita bayangkan bahwa hakikat seorang Ibu adalah pelindung, pemberi kasih sayang dan segalanya bagi anak.
Tapi kenapa tega memperjualbelikan anak kandungnya ke dalam dunia seksualitas?. Ini menjadi sorotan dan evaluasi diri kita. Kejadian itu harusnya bisa dicari apa sebab musababnya sehingga ada solusi untuk mencegah makin maraknya memperjualbelikan anak untuk kegiatan yang tidak benar.
Kalau penulis mencermati, sepertinya ada masalah ekonomi yang menjerat pihak keluarga sehingga tega melakukan tindakan memperjualbelikan anak untuk kegiatan seksualitas.
Rasa prihatin yang kita sampaikan tidak cukup hanya di situ saja. Harusnya ada evaluasi diri dan sosialisasi pemahaman bahaya praktik prostitusi online kepada masyarakat.
Bukan hanya membahayakan diri anak tetapi juga diri si pelakunya. Si pelaku pun harusnya mempertanggungjawabkan perbuatannya dan akan diproses secara hukum tegas. Tentu itu sudah sangat merugikan.
Di awal memang nikmat tapi di akhir akan merasakan sakitnya jeruji besi dan siksaan di dalamnya. Sebab itu, harapannya ada tindakan yang baik, edukasi hukum dan juga pemahaman hukum mengenai bahaya prostitusi online dan ilmu hukum kepada masyarakat.
Jangan sampai segala hal dihalalkan dan tidak melihat dampak buruk di belakangnya. Harus dipahami juga bahwa sesungguhnya kita hidup dalam keluarga untuk saling melengkapi, membutuhi dan saling mengingatkan.
Keluarga itu adalah tempat terindah untuk kita bisa menjadi sosok yang berguna bagi bangsa dan negara. Harusnya keluarga itu menjaga anaknya agar bisa bermanfaat bagi nusa dan bangsa bukan dibiarkan tersiksa oleh ibunya sendiri.
Semoga saja ke depannya tidak ada lagi kejadian seperti ini. Harus mau belajar dari apa yang terjadi dengan baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI