Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengambil Hikmah dari Wanita Beli Pelat Dinas TNI Palsu Berujung Proses Hukum

4 Maret 2021   15:47 Diperbarui: 4 Maret 2021   15:50 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini beredar viral video Tiktok yang pamer mobil sedan bernopol TNI. Melalui akun Instagram resmi, Pusat Penerangan (Puspen) TNI telah menanggapi viralnya video tersebut dan menyatakan pelat nomor dinas itu palsu. Dari tindakan itu dikabarkan bahwa tujuan dari pelaku melakukan hal tersebut adalah untuk gaya-gayaan. Karena video itu viral, si pelaku wanita akhirnya meminta maaf kepada seluruh jajaran satuan TNI.

Dari permintaan maaf dan tindakan wanita tersebut, ada pelajaran yang harus kita ambil yakni, tidak menggunakan cara-cara ilegal atau melanggar hukum demi kepentingan diri dan untuk gaya-gayaan.

Anak zaman sekarang, sering lebih memperhatikan gaya-gayaan daripada perilaku yang baik. Sering kita lihat di lapangan bagaimana anak sekarang lebih mementingkan trend agar dipandang hebat oleh orang lain padahal tindakannya itu salah atau buruk.

Dari gaya berpakaian juga seperti itu, karena tak ingin kalah dari kawan atau orang di sekitarnya, berbagai cara dilakukan untuk bisa seperti mereka. Itu sangat memperihatinkan.

Untuk membeli handphone baru merek ternama, maka dilakukan tindakan mencuri, merampok maupun meminta paksa agar orangtua membelinya. Itu sering terjadi.

Terkait juga dengan kasus diatas juga bahwa tindakan itu dilakukan untuk gaya-gayaan. Agar dilihat orang hebat dan terpandang maka dipakai plat dinas TNI palsu.

Tindakan seperti inilah yang akan merusak moral bangsa. Tindakan itu tidak patut ditiru karena sudah keterlaluan dan tidak mencerminkan sikap yang baik.

Tidak mengucap syukur atas apa yang dia terima, sehingga ingin lebih dipandang maka cara buruk dan melanggar hukum pun dilakukan.

Kita tak bisa menolerir hal tersebut dan harus ada sanksi juga kepada si pelaku agar pihak lain atau orang lain tidak meniru hal yang sama.

Hal buruk terjadi kembali karena adanya keinginan untuk meniru atau melakukan ulang hal buruk tersebut. Itulah yang sering terjadi sehingga masih berlanjut hal serupa di kemudian hari. Semoga saja ada hikmah yang kita petik dari kejadian ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun