Pilkada serentak tahun ini dapat kita katakan begitu panas. Persoalannya, para pasangan calon saling sikut menyikut dalam meraih kemenangan. Bukan itu saja, sewaktu debat paslon mereka juga saling sindir menyindir. Paling parah lagi, di tengah Pandemi Covid-19 para paslon banyak melupakan protokol kesehatan karena sebuah kampanye.
Disarankan memakai kampanye virtual namun hanya sedikit mengikutinya. Badan pengawas pemilu mengemukakan hingga hari ke-40 atau per 4 November 2020, pelaksanaan kampanye pilkada 2020, sudah ada 1.315 kasus pelanggaran protokol kesehatan. Jumlah ini meningkat pada 10 hari ketiga kampanye (26 Oktober-4 November) yang mencapai 397 kasus pelanggaran.
Dengan data tersebut membuktikan bagaimana para pasangan calon melupakan protokol kesehatan. Ini sangat menyedihkan dan membahayakan kesehatan dan keselamatan rakyat itu sendiri.
Sebagai hasil pilihan rakyat seharusnya para pasangan calon melindungi rakyatnya dengan cara yang lebih aman yaitu kampanye virtual. Namun apa, semua sia-sia saja. Protokol kesehatan dilanggar.
Kalau begitu, bagaimana nanti ketika terpilih mau untuk mensejahterakan rakyat dan mengutamakan kepentingan rakyat, kalau protokol kesehatan saja dilanggar?. Ini akan jadi masalah kedepan.
Pilkada menjadi panggung untuk mencari kemenangan, namun jangan sampai melibatkan maupun "menumbalkan" rakyat itu sendiri.
Kampanye tatap muka bukanlah cara terbaik di masa Pandemi, namun harus ada cara-cara kreatif yaitu kampanye virtual. Bukan berarti kampanye tatap muka lebih efektif dari kampanye virtual.
Sekarang, para paslon paling penting membaca keinginan rakyat dan kegelisahan mereka dengan segara menjawab itu dan akan merealisasikan ketika memimpin nanti.
Sebagai calon pemimpin, sudah sewajibnya pemimpin mengerti keadaan masyarakat hari ini di tengah Pandemi Covid-19. Keadaan sulit ini jangan sampai dijadikan alat untuk mencari sebuah kekuasaan.
Masyarakat pun harus jeli memilih seorang pemimpin. Jangan hanya melihat uang maupun kekayaan yang dimiliki, tetapi komitmen untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Masyarakat pun jangan mau ditawarin politik uang hanya demi memberikan suara. Selanjutnya, paling penting juga masyarakat harus bisa memilih calon pemimpin yang ikut serta dalam proses penanganan Covid-19. Memberikan pemikiran yang baik dan tepat dalam proses membantu Penanganan Covid-19. Itulah pemimpin yang terbaik buat rakyat.