Lawan politik Gibran Rakabuming-Teguh Prakosa di pilwalkot Solo adalah Bagyo Wahyono-FX Supardjo termasuk yang fenomenal.
Bagyo Wahyono punya latar belakang sebagai penjahit. Sedangkan Supardjo merupakan ketua RW.
Tentu hal tersebut begitu menarik dan mengejutkan ketika seorang penjahit dan Ketua RW siap melawan seorang anak Presiden.
Bahkan pengamat politik Ujang Komarudin mengomentari, "Saya kira (majunya pasangan penjahit-ketua RW) gejala sindiran bagi elite. Sindiran bagi yang punya jabatan. Sindiran bagi yang punya kuasa," ujar Ujang kepada JPNN.com, 10/9.
Dengan jabatan seorang Bagyo Wahyono-FX Supardjo adalah seorang penjahit dan Ketua RW mencerminkan mereka maju atas nama rakyat kecil sepertinya.
Mampukah seorang Bagyo Wahyono-FX Supardjo melawan seorang Gibran Rakabuming dan Teguh Prakosa? Tentu mereka mampu dengan segala kekuatan yang ada dibantu rakyat yang ada di pihak mereka.
Majunya mereka ada sesuatu yang menarik dan mengejutkan siap melawan seorang anak Presiden. Ini akan jadi sejarah sepertinya di pilkada tahun ini.
Keberanian dan kepercayaan diri mereka membuktikan bahwa rakyat kecil juga bisa jadi calon pemimpin untuk rakyat. Bisa jadi mereka maju atas nama rakyat dan itu yang akan membuat mereka mendapatkan banyak suara dari rakyat.
Hal itu juga memperlihatkan bahwa ketika rakyat berkehendak, maka tidak ada yang bisa menghalangi, walau lewat jalur partai politik.
Dan, di tengah keberanian dan kepercayaan diri Bagyo Wahyono-FX Supardjo maju di pilwalkot Solo diisukan mereka sebagai calon boneka. Tapi, itu masih perspektif dan opini sebagian pihak. Kita lihat saja dulu bagaimana sepak terjang dan kemampuan Bagyo Wahyono-FX Supardjo melawan Gibran-Teguh.