Kemarin, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI ditolak deklarasi di Jawa Barat, namun meski demikian, pihak KAMI tidak gentar untuk terus maju mendeklarasikan KAMI di Jabar.
Bahkan Presidium KAMI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo mengeluarkan pernyataan begitu tegas bahkan "menggebu-gebu" atas hadirnya Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA).
"Selama mereka untuk menyelamatkan Indonesia, itu sama. Hanya namanya saja yang beda. Jadi jangan alergi dengan saya, alergi dengan apapun juga kalau mereka memusuhi kita karena mereka belum tahu," ucap dia.
"Mereka memusuhi KAMI, mereka belum tahu KAMI. Biarkan mereka sendiri tahu nanti, kita tidak perlu pengakuan tetapi bukti yang perlu kita lakukan," ujar Gatot Nurmantyo berapi-api dilansir dari CNN Indonesia, 8/9.
Dari deklarasi berapi-api Gatot Nurmantyo itulah dapat kita katakan bahwa beliau sangat percaya diri dengan terbentuknya KAMI. Beliau tidak peduli adanya gerakan tandingan dari KAMI yaitu KITA.
Apapun yang terjadi KAMI siap untuk melawan andai KITA tidak menjunjung tinggi Pancasila. Kepercayaan diri itu dapat memotivasi tokoh lainnya agar terus berjuang untuk KAMI sampai deklarasi di setiap daerah di Indonesia.
Padahal, KAMI sendiri banyak mengalami penolakan. Berarti ada yang salah dari KAMI. Namun tidak menyurutkan niat agar KAMI menjadi besar.
Aura seorang Gatot Nurmantyo sebenarnya hanya sebatas itu saja. Tapi, sebenarnya banyak masyarakat yang menolak gerakan tersebut. Akan tetapi, untuk membangkitkan semangat pantang menyerah, maka hadirlah KAMI di beberapa daerah di Indonesia. Sungguh luar biasa.
Seharusnya, daripada sibuk deklarasi dan menyuarakan semangat perjuangan mengajak banyak masyarakat masuk KAMI, alangkah baiknya Gatot Nurmantyo dkk introspeksi diri dari penolakan kemarin.
Tentu ada kesalahan yang mereka lakukan sehingga sulit mendapat respect dan sambutan hangat dari masyarakat Jabar waktu lalu.
Lebih baik KAMI mencari cara bagaimana agar menyerap simpati masyarakat untuk ikut mereka. Kalau tidak, maka KAMI hanya sia-sia saja. Bisa jadi hancur karena banyaknya penolakan dari banyak daerah.