Soal sulitnya PDIP kemarin memilih pasangan calon yang layak maju di pilwalkot Surabaya ternyata ada sebabnya.
Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP dikatakan merasa khawatir ada yang akan merebut pilkada Surabaya dari PDIP.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan,"Jelas bagi PDIP Surabaya jadi miniaturnya, simbol perjuangan bahwa PDIP enggak boleh lepas di Surabaya" dilansir dari JPNN.com, 3/9.
Pangi juga menilai seorang Adi Sutarwijono sebagai ketua DPC PDIP kota Surabaya juga punya beban berat bagaimana agar tetap bisa mempertahankan kadernya menjadi walikota di Surabaya menggantikan Tri Rismaharini.
Wajar jika ada kekhawatiran tersebut karena diketahui lawan Eri Cahyadi-Armuji di pilwalkot Surabaya yaitu Machmud Arifin-Mujiaman yang diusung delapan partai.
Itu bukan "main-main' tentunya. Melawan delapan partai pengusung itu adalah kesulitan besar apalagi tim kampanye lawan sangat militan.
Ditambah lagi lawan Eri-Armuji yaitu Machmud Arifin adalah mantan Kapolda Jawa Timur yang pastinya sudah sangat paham Surabaya dan warganya. Bisa jadi itu alasan besar juga untuk memenangkan pilkada kota Surabaya.
Tentu kekhawatiran seorang Megawati Soekarnoputri dan PDIP itu sendiri makin menguat. Sebab itu, PDIP kesulitan ataupun galau menentukan pilihan di pilwalkot Surabaya.
Tentu PDIP memilih Eri Cahyadi-Armuji dengan pemikiran matang dan perenungan yang dalam dengan sosok Tri Rismaharini yang merupakan sosok paling andil memilih Eri Cahyadi-Armuji di pilwalkot Surabaya.
Machmud Arifin-Mujiaman pasti bukan lawan "main-main", tidak bisa diremehkan begitu saja. Karena itu, pilwalkot Surabaya akan sangat menarik dan ditunggu. PDIP tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bisa meraih kemenangan kembali.
Tapi, PDIP kelihatannya akan sangat kesulitan mengalahkan Machmud Arifin-Mujiaman di Surabaya. Perlu kerja keras yang kuat biasa untuk bisa memastikan bahwa PDIP kembali memegang Surabaya.