Politisi PDIP Ruhut Sitompul menjawab kemungkinan gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI bagi pemenangan Gibran Rakabuming di pilkada Solo Desember mendatang.
"Oh enggak (jadi ancaman). Kami selalu waspada. Kami tidak anggap enteng. Namun, tidak ada kekhawatiran, karena bicara Pak Joko Widodo, itu sudah sangat melekat di hati rakyat Solo. Semua orang tahu," ucap Ruhut dilansir JPNN.com, 30/8.
Hal itu terkait pernyataan dari Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto menyebut Gibran bin Jokowi bisa saja kalah jika pesaingnya dari kandidat independen Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) mendapat dukungan dari KAMI.
Atas keyakinan Ruhut membantah pernyataan Satyo Purwanto tersebut membuktikan bahwa sebenarnya KAMI tidak bisa mengalahkan Gibran di Solo.
Terlalu optimis sebenarnya jika KAMI bisa memberi kekalahan untuk Gibran. Jika perlu, coba saja dulu buktikan apakah memang KAMI dapat memberi kekalahan bagi Gibran dan bisa membuat seorang Ruhut percaya bahwa KAMI memiliki kekuatan politik di Solo.
Maka dari itu, kalau memang KAMI ingin mencegah politik dinasti makin akut di Indonesia maka bergeraklah KAMI agar para calon yang diduga bermain dinasti politik bisa gagal.
Apalagi seorang Gibran yang terkenal karena ayahandanya seorang Presiden asli Solo dan Gibran juga asli Solo maka masyarakat Solo sangat mengenal dan mencintainya.
Jadi, bagaimana lagi untuk mengalahkan seorang Gibran? Â Patut jadi pertanyaan serius juga. Sampai sekarang saja partai politik seperti PKS kesulitan mencari pasangan calon lawan Gibran di Solo karena semua partai pemenang di Solo memihak dan mendukung Gibran. Sebab itu, patut Ruhut yakin Gibran akan menang.
Bagaimana mungkin KAMI bisa mengalahkan partai politik yang mendukung Gibran padahal sebenarnya mereka bukanlah partai politik dan belum teruji kapasitasnya dalam kontestasi politik.
KAMI itu tidak sebesar PDIP, Golkar, Nasdem, PAN dan partai lainnya. Andai KAMI deklarasi dan dukung pasangan lain calon lawan Gibran, penulis yakin KAMI belum tentu Menag bahkan mengalami kekalahan.
Bahwa sesungguhnya KAMI hanyalah gerakan moral bukan gerakan politik. Kalau mereka ingin bergabung dalam sebuah kontestasi politik maka jangan sebut lagi gerakan moral tetapi gerakan politik.