Calon walikota Medan dari partai Demokrat Akhyar Nasution baru-baru ini melakukan video call dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.
Video call tersebut dilakukan setelah Ketua Umum Partai PDIP Megawati Soekarnoputri membuat pernyataan mengarah kepada Akhyar.
"Ada di Medan, dia masuk sebagai PDIP itu. Bayangkan urusan rekomendasi itu sudah otorisasi saya karena saya dipilih kongres partai semua mesti tahu itu," ujar Megawati saat membuka Sekolah Partai Angkatan II bagi calon kepala daerah dan wakilnya yang diusung PDIP secara virtual, dilansir dari detik.com, 26/8.
Bu Megawati juga melanjutkan pernyataan bahwa tidak direkom terus ngamuk. Lho saya mikir ini gimana katanya kader partai, ya sudah aturan partainya gimana ya sudah saya pecat.
Pertanyaan seriusnya adalah apa Akhyar Nasution "baper" dengan pernyataan Bu Mega?. Soalnya, ada kesan setelah disindir langsung menelpon Ketua Umum partai Demokrat.
Apa karena tidak diusung jadi kesal dan "baper"?. Ini masih dugaan saja. Tetapi, apapun itu namanya hasrat untuk memimpin tidak bisa kita kekang. Kekuasaan sepertinya punya daya tarik yang kuat sehingga setiap orang gampang untuk tertarik.
Dan, tidak bisa dilarang juga karena semua orang punya hak untuk berpolitik, namun bisa jadi cara-cara yang dipakai Akhyar tidak menyenangkan bagi PDIP pribadi.
Masalah usung mengusung memang adalah hak prerogatif partai. Sebab itu, seluruh kader harus menerima dengan lapang dada. Apapun keputusan partai harus diterima.
Dan, tak menutup kemungkinan juga kita hargai setiap arah politik seorang Akhyar. Namanya berkompetisi memang selalu ada jalan terjal yang dilalui. Ketika Akhyar merasakan terjal karena belum ada kepastian untuk dicalonkan PDIP di pilwalkot Medan maka jalan lain ia tempuh.
Pertarungan dirinya dengan Bobby Nasution tentu akan membuktikan, apakah dugaan "baper" itu tidak tepat andai Akhyar Nasution menang nanti. Andai beliau menang, tentu PDIP bisa dikatakan salah tidak memilih dirinya.