Pertemuan antara Ketua DPR RI Puan Maharani waktu lalu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY membuktikan hubungan kedua partai dapat dikatakan cair meski kadang berpolemik.
Kali ini, yang dibahas bukanlah pertemuan mereka membicarakan apa. Tapi membicarakan peluang mereka seandainya maju di pemilu tahun 2024.
Pernyataan menarik keluar dari pengamat politik asal Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, "Dua-duanya, baik Puan maupun AHY masih fifty-fifty peluangnya. Analisa saya, keduanya paling mentok jadi cawapres. Untuk jadi capres sulit, ujarnya" dilansir dari Sindonews.com,7/8/2020.
Pertanyaan muncul, mengapakah Puan Maharani dan AHY dikatakan hanya "mentok" menjadi cawapres?. Hal itu bila dilihat dari elektabilitas keduanya yang cenderung rendah atau biasa-biasa saja. Kalau kita bandingkan dengan Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dan Anies Baswedan terlihat survei-survei sebelumnya, mereka lebih tinggi elektabilitas dari AHY dan Puan Maharani.
Kita tahu hal itu disebabkan karena AHY misalnya belum terlihat memimpin sebuah lembaga negara, jadi kepala daerah maupun menteri dan setingkatnya.
AHY selama ini jadi anggota TNI, lalu pensiun dini masuk ke partai Demokrat dan sekarang jadi Ketua Umum Partai Demokrat. Tentu itu tidak mampu meyakinkan masyarakat bagaimana sebenarnya kinerja AHY kedepannya.
Berbeda dengan Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil dan Prabowo Subianto yang sudah pernah memimpin suatu lembaga dan menjadi kepala daerah.
Mereka telah teruji meski ada kekurangan sedikit tapi masyarakat tahu siapa yang akan dipilihnya.
Begitu juga Bu Puan Maharani pernah jadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan(PMK) Republik Indonesia dan sekarang juga jadi Ketua DPR RI.
Tapi, kita lihat bekum ada gebrakan signifikan seorang Puan Maharani selama ini. Jadi masyarakat tidak kepikiran lebih untuk memilih sosok seperti Puan Maharani.