Partai Demokrat membeberkan bagaimana PDIP "merengek" minta berkoalisi di pilkada Serdang Bedagai Sumatera Utara.
"Sebenarnya tidak bolehlah (menyindir). Banyak Demokrat berkoalisi dengan PDIP. Saya ambil contoh Sergai, Ketua PDIPnya merengek-rengek untuk Demokrat bergabung (dalam koalisi), kata Plt Ketua DPD Demokrat Sumut Heri Zulkarnain dilansir dari detik.com, 26/7/2020.
Pernyataan itu tentu terkait dengan panasnya perdebatan soal Akhyar Nasution yang pindah ke Demokrat begitu cepat saat belum mendapat restu dari DPP PDIP untuk maju di pilwalkot Medan.
Sepertinya, perdebatan diantara PDIP dan Demokrat makin berkembang di pilkada tahun ini. Sepertinya ada persaingan ketat diantara kedua partai tersebut.
Benarkah demikian?
Atas pernyataan Herri Zulkarnain tersebut, apakah benar PDIP "merengek" agar Demokrat berkoalisi bersama PDIP di pilkada Sergai?. Hal ini perlu dikaji dan diklarifikasi oleh pihak PDIP ataupun DPC PDIP Sergai.
Hal itu penting sekali agar tidak jadi bola liar sehingga opini publik menilai PDIP sepertinya "jual mahal" berkoalisi dengan Demokrat.
Kita mau tahu apa benar diksi "merengek" itu benar dikeluarkan oleh pihak PDIP hanya untuk sebuah koalisi atau diksi yang sengaja dibesar-besarkan saja. Tak bisakah PDIP mencari partai lain yang bisa diajak koalisi.
Atau jangan-jangan, apa yang kita lihat saat ini dimana PDIP dan Demokrat berseteru atau bersaing di pilkada hanya " prank" saja. Tapi, sebenarnya kedua partai itu berteman cuma di hadapan publik saja seperti berseteru. Mungkin juga sih.
Kita tahu politik itu sangat seksi dan tak terduga. Sekarang saling sindir, esok juga sudah berteman lagi. Politik itu tampaknya sangat serius tapi di belakang belum tentu juga.
Tetapi, kalau kita cermati lagi bagaimana PDIP dan Demokrat di wilayah pusat atau DPP sepertinya benar-benar ada masalah yang cukup serius. Ada persaingan politik yang serius. Hal itu dapat kita lihat ketika AHY yang digadang-gadang ingin jadi menteri kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma'ruf Amin tidak juga terealisasi karena masalah masa lalu antara Bu Megawati dan SBY.