DKI Jakarta kembali mencatatkan rekor penambahan kasus positif virus Corona tertinggi Selasa 21/7 dengan 441 kasus.
Anies Merasa "bersyukur" banyak warga yang positif Covid-19.
"Kami justru merasa bersyukur sekali bisa menemukan warga yang positif di saat mereka tidak menyadari mereka tidak positif. Daripada mereka tidak tahu, pulang ke rumah menularkan orangtua, lingkungan," kata Anies di Gedung DPRD DKI Jakarta dilansir CNN Indonesia.com, 22/7/2020.
Dengan membaca pernyataan Anies tersebut, apa yang terlintas dalam pikiran kita?. Kalau penulis pribadi yang terlintas adalah ambiguitas makna dari pernyataan Anies Baswedan itu.
Pertama, kita bisa memaknai baik bahwa tujuan Anies "bersyukur" karena dengan didapati banyak masyarakat positif Covid-19 akan tidak menulari ke yang lain.
Kedua, di sisi lain sangat menjengkelkan sebenarnya ketika Anies "bersyukur" dengan banyaknya kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta.
Kata "bersyukur" itu seakan-akan bangga dengan banyaknya kasus penyebaran Covid-19 di DKI Jakarta padahal itu sebenarnya kabar buruk dan pertanda seorang pemimpin tidak tegas kepada masyarakatnya dimana yang terpapar itu pasti masyarakat yang ngeyel protokol kesehatan.
Coba seandainya, masyarakat itu rajin pakai masker, cuci tangan bersih pakai sabun dan menerapkan jaga jarak yang baik, pasti tidak akan banyak kasus bukan?. Tapi, ini malah makin meningkat kasus penyebaran, tentu sangat memperihatinkan sekali.
Seharusnya, hal itu tidak disyukuri tetapi diprihatinkan karena esok hari masih ada lagi kasus Covid-19 yang baru. Kalau terus bertambah seperti itu, sudah pasti kasus positif Covid-19 di Indonesia akan lebih tinggi jauh dari Wuhan China, Amerika dan Italia.
Sangat memprihatinkan sekali hal tersebut. Sampai hari ini belum ada pertanda akan habis kasus penyebaran. Terus masih ada kasus terinfeksi virus Corona.
Itu artinya makin hari makin bertambah dan kita akan berhadapan dengan virus Corona hingga akhir tahun ini?. Tentu hal tersebut tidak kita inginkan sebagai sebuah bangsa dan negara yang besar.
