Kita hangat memperbincangkan kemarahan Presiden Jokowi waktu lalu kepada para menterinya dengan mengaitkan isu reshuffle. Ada yang sangat serius menanggapi kemarahan itu dengan pasti reshuffle akan dilakukan dalam waktu dekat. Tapi apa, tidak ada kelanjutan reshuffle sepertinya.
Presiden Jokowi pun sudah menjelaskan bahwa kemarahan itu hanya motivasi agar menteri bekerja lebih keras.
"Saya minta para menteri untuk bekerja keras. Tapi kalau mintanya dengan nada yang berbeda, itu untuk memotivasi para menteri, untuk bekerja lebih keras lagi, bukan marah," ujar Jokowi dalam pertemuan dengan awak media dilansir dari CNN Indonesia, 13/7/2020.
Kalau hanya sekedar motivasi saja, maka minim sekali sebenarnya isu-isu reshuffle. Namanya motivasi hanya sekadar membangkitkan semangat. Memberikan arahan dan bimbingan supaya lebih baik kedepannya.
Berbeda dengan marah-marah karena anggota atau pembantu Presiden tidak becus atau sangat keterlaluan dan tak bekerja sama sekali serta lain sebagainya. Kalau begitu, pasti reshuffle akan semakin cepat direalisasikan.
Hal biasa sebenarnya marah untuk motivasi. Itu karena sayangnya seorang pimpinan kepada anggotanya agar menjaga integritas dan kapasitasnya sebagai pejabat negara yang mengurusi kepentingan rakyat.
Presiden Jokowi hanya ingin masyarakat banyak sembuh dan tidak makin banyak terpapar virus Corona serta pengetesan kesehatan semakin diperbanyak demi memastikan banyak masyarakat yang sehat.Â
Itu saja yang ingin disampaikan oleh Presiden Jokowi sewaktu rapat kabinet tersebut. Penulis juga berpandangan bahwa motivasi Jokowi itu karena perhatian beliau saja. Tidak ada keinginan yang lebih, apalagi harus mengganti menterinya.
Dengan terungkapnya maksud kemarahan itu hanya sekedar motivasi, bagi penulis kayaknya reshuffle masih jauh. Bulan ini juga sepertinya tidak ada reshuffle. Atau bulan depan dan lainnya. Apalagi para menteri sudah merasa dapat motivasi luar biasa dari pimpinannya tentu akan makin bekerja keras berpuluh kali lipat.
Apalagi para menteri merasa dapat zat vitamin yang menguatkan dirinya dari motivasi Jokowi tersebut.
Karena itu, bagi pihak yang gencar bicara reshuffle sepertinya tidak akan bicara reshuffle lagi dengan membaca dan melihat maksud kemarahan itu hanya sekedar motivasi saja.