Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan apabila perilaku masyarakat tidak disiplin sehingga kasus positif Covid-19 meningkat, maka akan mengambil kebijakan 'emergency brake system".
Hal itu karena positivity rate Jakarta per hari ini mencapai 10,5 persen. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan positivity rate selama bulan Juni yang mencapai kisaran 4 persen hingga 6 persen.
Keputusan Anies Baswedan yang ingin mengambil "rem darurat" tersebut sudahlah tepat. Kalau boleh mulai hari ini keputusan itu dibuat agar penyebaran Covid-19 tidak semakin menjadi-jadi di Jakarta dan Indonesia.
Apalagi ada Orang Tanpa Gejala atau OTG yang kita tahu, tidak ada gejala terpapar virus Corona, sehingga kita juga berani untuk berinteraksi dengannya tanpa mempedulikan kesehatan.Â
Ditambah lagi, interaksi tidak jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan sesering mungkin. Akhirnya, yang kita alami adalah penyebaran yang makin meningkat hari ke hari. Keadaan ini sangat tidak mengenakkan dan bersahabat buat kita.
Terlalu sering digas, malah masyarakat abai, sehingga harus direm sejenak agar penyebaran makin sedikit dan terus sampai habis.
Dalam hal ini Anies Baswedan harus mau mengambil kebijakan tegas untuk menekan rem terlebih dahulu sampai penyebaran benar-benar berkurang. Tidak bisa diam begini saja membiarkan jalanan macet, berkerumun di mall, pasar perkantoran dan angkutan umum.
Harus ada keberanian dari sosok Anies sebagai pemimpin di DKI Jakarta dalam menyelamatkan rakyat dari Pandemi Covid-19. Sudah sangat keterlaluan penyebaran Covid-19 ini.
"Rem darurat" bagi penulis sudah sangat tepat sekali. Daripada rakyat makin tersiksa, sakit hingga meninggal dunia, lebih baik dihentikan sejenak aktivitas seperti sebelumnya sampai beberapa bulan hingga kasus makin sedikit.
Diberi kelonggaran new normal malah masyarakat sulit patuhnya. Tidak menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Ketika PSBB diterapkan, masyarakat patuh dimana jalanan sepi dan mall sepi dan aktivitas ekonomi juga sepi.