Baru-baru saja ramai diperbincangkan mengenai penangkapan seorang buron dalam kasus pembobolan ATM BNI sekitar tahun 2003 silam oleh tersangkanya Maria Pauline Lumowa.Â
Maria Lumowa diduga membobol ATM BNI sebesar Rp. 1,7 triliun. Dia ditangkap oleh NCB Interpol Serbia di Bandara Internasional Nikola Tesla, Beograd Serbia 16 Juli 2019.
Setelah itu, Maria Lumowa diekstradisi ke Indonesia. Yasonna pun mengungkapkan memakan waktu cukup lama proses ekstradisinya.
Namun, atas kerja keras Kemenkumham, Kejaksaan Agung, Kepolisian Republik Indonesia dan aparat terkait, ada pernyataan menarik yang diungkapkan oleh politisi Gerindra Fadli Zon kepada Menkumham Yasonna Laoly.
"Jangan sampai nanti orang menduga berlomba-lomba menonjolkan prestasinya karena takut di-reshuffle," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan dilansir dari Tempo.co, 9/7/2020.
Fadli pun membandingkan upaya Kemenkumham menangani Maria Lumowa dengan proses pencarian terpidana kasus pengalihan hak tagih Bank Bali Joko Tjandra begitu mudah lolos keluar dan masuk Indonesia.
Apakah ada kaitannya?
Pertanyaan yang muncul dari benak penulis membaca pernyataan Fadli Zon adalah apakah ada kaitannya penangkapan Maria Lumowa dengan isu reshuffle terkhusus Yasonna Laoly?
Kita ketahui berdasarkan data yang dirilis survei opini publik nama Yasonna Laoly masuk daftar teratas menteri yang akan dicopot. Sebanyak 64,1 persen responden menginginkannya.
Kalau penulis boleh menjawab bahwa tidak ada kaitannya isu reshuffle dengan penangkapan Maria Lumowa tersebut.
Murni penangkapan itu karena memang Maria Lumowa adalah buron sejak lama. Momen waktunya tepat dimana proses ekstradisinya berlangsung lama. Sehingga kemarin waktu yang tepat.