Hubungan suami dan istri di rumah, keluarga dan di ranjang harus saling memuaskan. Kalau hanya satu yang terpuaskan, maka yang satu lagi pasti akan kesal dan marah.
Makanya, hak dan kewajiban harus seimbang. Begitu juga hubungan suami istri harus seimbang dan sama-sama memuaskan. Itu yang membuat hubungan keluarga makin harmonis sampai kakek-nenek.
Kalau sampai satu orang dalam keluarga kesal dan marah, maka yang terjadi pertengkaran bahkan sampai pada perceraian. Ketidakharmonisan dalam berkeluarga maupun berhubungan suami-istri yang tak akur adalah salah satu alasan terjadinya perceraian. Termasuk jika kedua pasangan tidak saling memuaskan mampu menimbulkan perceraian.
Cara yang ditempuh agar suami-istri berhubungan saling memuaskan adalah ketika apa yang diminta suami dilaksanakan istri dan begitu juga sebaliknya.
Contoh kecil, misal si istri mengajak suami makan malam bersama dan disitu si istri yang mentraktir suami makan malam, untuk selanjutnya si suami harus juga membalas hal yang sama kepada istri.
Begitu juga dalam hal berdiskusi. Misal ada masalah di pekerjaan maupun di keluarga. Suami dan istri harus saling memahami satu dengan lainnya. Satukan pikiran. Jangan mau menang sendiri saja, karena suami kepala keluarga maka sesuka hati suami pada istri atau istri patuh saja sama suami. Itu yang salah.
Sama halnya, misal masalah di ranjang pun, suami harus tahu apa yang diinginkan istri dan istri tahu apa yang diinginkan suami.
Ketika suami sedang tidak mau berhubungan suami-istri maka tak perlu dipaksa, begitu juga sebaliknya.
Pada intinya, semua butuh komunikasi, kesepakatan dan pengertian dua sejoli yang dipersatukan di hadapan Tuhan.
Dalam keluarga atau hubungan suami-istri pasti selalu ada pro kontra, silang pendapat dan masalah-masalah, tapi harus bisa diselesaikan secara baik.