Kalau misalnya, diminta Ade Armando secara terbuka meminta maaf dan menghapus postingan tersebut, maka laksanakan saja sebagai bentuk permintaan maaf.
Dengan demikian, masalah dapat segera selesai dan kedamaian pun tercipta.
Atas laporan itu juga ada pelajaran berharga yang bisa kita petik, yaitu agar tidak sembarangan untuk memposting sesuatu di media sosial dan memberi pernyataan di media sosial. Itu penting sekali.
Dalam hal ini, kita belajar bahwa mengkritik masalah terkait keagamaan itu sangat sensitif. Kita sudah tahu bagaimana kasus yang menimpa Ahok. Itu masalah agama yang sensitif untuk dibahas.
Harus berhati-hati juga kita untuk membicarakan agama di ruang publik. Jangan sampai salah memberikan pernyataan.
Selain itu, harapannya kita seluruh bangsa Indonesia agar terus menjaga toleransi. Dalam hal apapun yang baik, kita tak perlu melarang karena ada perbedaan agama, ras, suku dan antargolongan.
Injil berbahasa Minang kemungkinan bagi sebagian orang penting. Itu hanya terjemahan bahasa saja. Tidak ada yang dilukai hak-hak keagamaan, suku, rasa dan golongan orang lain.Â
Kalau tidak ada yang dilukai, mengapa harus melarang? Itu jadi pelajaran buat kita agar tetap toleran sesuai amanat Pancasila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H