Kabar bohong atau hoaks adalah masalah bangsa dan negara masa kini. Di era digital seperti ini, sangat gampang sekali menyebarkan hoaks.
Tinggal tulis langsung posting. Tinggal share di akun media sosial seperti Facebook, Twitter maupun Instagram. Begitu pun tinggal kirim hoaks melalui kanal WhatsApp dan lain sebagainya.
Berbeda sewaktu era tahun 80,90-an, bahkan tahun 2000, 2001, sampai sekitar 2004. Penulis sendiri masih duduk di bangku Sekolah Dasar atau SD era tahun 2000 masih belum mengenal apa itu Facebook, Twitter maupun Instagram karena belum ada waktu itu.
Semua teman, tetangga dan masyarakat sekitar juga sewaktu itu belum mengenal apa itu media sosial.
Oleh karena itu, sewaktu dulu, tidak ada terdengar kabar hoaks. Ujaran kebencian dan lain sebagainya.
Hal itu disebabkan tidak adanya media sosial yang memudahkan masyarakat menyebar dan membuat hoaks dan ujaran kebencian.
Tak mungkin juga melalui media massa seperti koran, majalah dan lainnya bukan? Pihak koran, majalah, tabloid dan lainnya punya editor yang sigap dan bisa mencari dan memfilter mana berita hoaks dan mana berita terpercaya. Karena itu, tak pernah ditemukan yang penulis ketahui ada berita hoaks dari koran, majalah atau tabloid.
Berbeda dengan media sosial yang tidak ada editor, yang membuat berita juga bukan seorang jurnalis atau wartawan, hanya orang biasa saja, hingga akhirnya oknum tertentu gampang dan mudah memposting dan men-share sesuka hati berita bohong hasil buatan mereka.
Terkait itu, penulis ingin mengabarkan bahwa dilansir dari mediaindonesia.com, 31/5/2020, akhir-akhir ini, marak beredar lagi unggahan hoaks lama di media sosial terkait Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dikaitkan dengan Joko Widodo.
"Tema komunis sering juga ditambah isu aseng adalah tema khas untuk menyerang Pak Jokowi".
Ada kelompok cari pasar?