Kurang lebih mendekati tiga bulan kita berperang dengan Pandemi Covid-19 yang membuat gerak-gerik kita dibatasi oleh protokol kesehatan.
Rasa bosan, malas dan stress melihat situasi ini sudah kita rasakan. Kedukaan yang mendalam pun sudah kita rasakan, dimana banyak korban jiwa, korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dirumahkan dan ekonomi yang terpuruk.
Begitu juga buat pelajar atau siswa atau anak-anak merasakan hal yang sama. Sudah pasti mereka bosan di rumah terus tidak ada teman untuk berdiskusi sesama umurnya. Rindu akan belajar di ruang kelas bersama guru dan teman lainnya.
Akan tetapi, semua itu akan kita ambil hikmahnya dan akan indah pada waktunya. Namanya Pandemi pasti berakhir, ibarat sebuah penyakit pasti bisa disembuhkan. Kita tunggu saja Pandemi ini berakhir dan jangan gegabah memutuskan sesuatu hal.
Terkait itu, Â ada rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuka sekolah pertengahan Juli diputuskan.
Kekhawatiran tersebut datang dari Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriwan. Ia meragukan koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang terlihat tak sinkron dalam penanganan Corona.
"Kalau ingin membuka sekolah di tahun ajaran baru, oke itu kabar baik. Tapi (datanya) harus betul-betul (tepat), mana (daerah) yang hijau, kuning, merah," tuturnya kepada CNN Indonesia.com(9/5).
Atas rencana itu, sebaiknya menunggu situasi normal kembali. Normal dalam artian tidak ada lagi yang terinfeksi virus Corona, tidak ada lagi yang meninggal atau semua pasien sembuh. Itu menandakan bahwa kita sudah terbebas dari virus Corona.
Bila tetap dipaksakan sekolah atau proses belajar mengajar diadakan disaat Pandemi masih terjadi, maka itu keputusan yang fatal.Â
Memakai protokol kesehatan pun kepada anak-anak sangat sulit. Kita tahulah bagaimana anak-anak tingkah lakunya. Kadang lari kesana-kemari, main kotor bersama teman-temannya, berpelukan dan banyak tingkah lainnya.
Disuruh memakai masker pun bisa jadi itu hanya sebentar saja, kemudian membukanya karena ingin bermain. Itu menjadi kendalanya. Hingga akhirnya anak atau siswa bisa terinfeksi virus Corona. Semua orang rentan terinfeksi tanpa pandang bulu.