Bantuan Sosial yang diharapkan masyarakat saat ini masih belum seratus persen tersalurkan dengan baik. Masih ada kendala pendataan dan hal-hal teknis lainnya.
Imbasnya, masyarakat harus menunggu bantuan sosial berupa sembako itu. Kalau demikian, tak menutup kemungkinan rakyat akan menderita akibat keterlambatan itu.
Keterlambatan bansos dijelaskan oleh Menteri Sosial Juliari Batubara karena distribusi bansos sempat terkendala bahan baku tas pembungkus yang harus diimpor (dilansir CNN Indonesia.com, 30/4/2020).
Mengapa harus pakai tas?
Menjadi pertanyaan, mengapa harus pakai tas bertuliskan "Bantuan Presiden"?. Mengapa tidak pakai plastik kresek saja atau karung goni yang dirangkai indah?. Apakah pemerintah ingin berkreasi dalam pembungkus sembako?.
Hal ini penting sekali, karena di satu sisi, pemerintah punya niat baik kepada rakyat, tetapi di sisi lain hal negatif dipertunjukkan dengan bantuan sosial semakin lambat tersalur karena bahan baku tas terhambat dan bantuan sosial dengan tas bertuliskan "Bantuan Presiden" menimbulkan kontroversi dan dicap sebagai politisasi bansos.
Karena itu, sadarkah pemerintah kekurangan dan kelemahan itu?. Hanya karena sedikit, bansos menjadi terhambat. Rakyat pun tak bisa menikmati bantuan sosial di tengah Pandemi Covid-19 ini.
Dan, bansos dinilai bersifat politis sehingga menurunkan manfaat dari bansos itu. Yang terjadi banyak kritik yang mengarah kepada pemerintah, sehingga membuat kita berdebat soal itu.
Entah apa tujuan dari tas bertuliskan "Bantuan Presiden", toh juga tas itu tidak dipakai ke sekolah, ke pasar maupun ke tempat lainnya. Jangan-jangan tas itu akan jadi pajangan saja dirumah.
Habis juga anggaran negara untuk mengimpor bahan baku atau membelinya dengan harga cukup mahal, tetapi tidak digunakan rakyat. Lebih baik pakai tas keresek atau plastik saja dan ditambahkan bantuan sosial berupa sembako itu lebih banyak agar makin bermanfaat. Rasanya, itu lebih baik bukan?.
Banyak bansos saat ini pakai tas plastik pembungkusnya. Beras yang diberikan dipisahkan dari bantuan seperti ikan kalengan, minyak goreng, sayur, buah-buahan dan lainnya.
Atau jangan-jangan pemerintah memilih sesuatu yang fenomenal dengan kreasi tas cantik bertuliskan "Bantuan Presiden" padahal jadi kontroversi?.
Semoga ini bisa jadi pelajaran dan dibenahi agar makin baik. Jangan ingin sesuatu yang wow tetapi ternyata bermasalah. Lebih baik, biasa-biasa saja tapi hasilnya luar biasa dan bermanfaat.
Itulah yang sangat diharapkan masyarakat saat ini. Kiranya, selanjutnya, tidak memakai tas-tas seperti itu lagi, karena sudah membuat kontroversi dan dampak negatif di masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H