Betapa sedihnya perasaan seseorang bila dia ingin berbuat kebaikan malah dibalas dengan kejahatan. Artinya, seperti kata peribahasa air susu dibalas dengan air tuba.
Peribahasa itu berkaitan dengan seorang warga kelurahan Jati, Pulogadung, Jakarta Timur bernama H Aselih.
Dilansir dari media Indonesia.com, 27/4/2020 rumah H Aselih jadi sasaran amuk sekelompok remaja pada Jumat 24/4 malam kemarin. Pasalnya, mereka tidak menerima saat sikap pemilik rumah H Aselih melaporkan masjid Al Wastiyah yang berada di sebelah rumahnya menggelar salat Tarawih.
Menurut Bambang Pangestu seorang Camat Pulogadung, H Aselih melaporkan kegiatan tersebut ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melalui akun Twitter milik anaknya.
Sekelompok remaja yang biasa membangunkan sahur membakar petasan di depan rumah H Aselih, merusak pot tanaman dan mendorong pagar rumahnya.
Untuk kebaikan
Maksud dari H Aselih adalah untuk kebaikan kita bersama. Kita tahu bahwa saat ini di DKI Jakarta termasuk yang terbanyak kasus warga positif Covid-19 atau Corona dibandingkan daerah lainnya.
Jadi, karena itulah H Aselih hanya ingin menyadarkan himbauan dari pemerintah agar beribadah dari rumah. Tokoh agama pun mengatakan demikian. Tapi, mengapa warga marah dengan tindakan baik H Aselih?.
Ini bukan hanya masalah kepentingan pribadi tapi kepentingan kita bersama. Tak ada gunanya kita melawan dan tak patuh terhadap himbauan dan aturan pemerintah. Yang rugi adalah kita juga. Saudara dan sesama kita akan tertular virus Corona tersebut.
Bangsa dan negara ini tak akan bisa kembali normal bila masyarakat ngeyel terhadap himbauan. Negara pun akan rugi besar bila terus menerus berhadapan dengan virus Corona. Perekonomian kita akan semakin terpuruk, warga menderita dan banyak lagi hal sangat buruk akan ditimbulkan.
Lihatlah Pemerintah sudah menggelontorkan triliunan rupiah untuk menanggulangi Pandemi Covid-19 ini. Masa masyarakat tidak mau diarahkan dan dihimbau?.
Untuk kali ini saja kita diminta agar lebih menerapkan social distancing dengan baik. Patuhi segala himbauan dan protokol kesehatan.
H Aselih tidak bersalah atas tindakannya itu. Beliau hanya ingin masyarakat sadar bahwa kita dalam darurat Covid-19. Tetapi datang remaja yang emosional dan marah besar merusak rumah H Aselih. Ini sangat memprihatinkan.
Orangtua harus tidak abai dengan anaknya. Anaknya harus dididik sebaik mungkin terhadap sesamanya. Jangan melakukan tindakan anarkis yang merusak. Apalagi, saat ini saudara-saudari kita umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan ini.
Harusnya bisa menahan amarah. Tidak anarkis Seperti apa yang remaja itu lakukan. Jangan karena ego semata maka kita jadi korban. Harapannya ini dimengerti semua orang. Orangtua lebih aktif lagi mendidik anak. Tidak membiarkannya semakin nakal dan anarkis.
Tindakan Pak H Aselih itu tidak salah. Dia melakukan hal yang benar sesuai aturan dan himbauan. Anak remaja itulah yang harusnya diberi sanksi agar tidak melakukan perbuatan yang jahat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H