Baru saja saya menulis Anies Baswedan trending di Twitter, kali ini Edhy Prabowo pun ikut trending di Twitter. Hal itu terkait kebijakan beliau mengekspor lobster ke negeri tetangga.
Memang beberapa hari ini hangat berita mengenai itu, sehingga patut disorot oleh publik sebagai berita yang menarik.
Dilansir dari detik.com, 17/12/2019, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menjadi sorotan di Twitter dengan Hastag #TenggelamkanEdhyPrabowo. Bahkan tercatat sudah ada 11.100 hastag.
Salahkah mengeskspor benih lobster?
Nah, terkait itu, timbul pertanyaan, apakah salah mengeskspor benih lobster?. Kalau kita pikirkan, mengeskspor itu sebenarnya ada manfaatnya. Kalau kita mengeskspor, maka pendapatan ke kas negara akan bertambah dan bisa digunakan untuk pembangunan ekonomi, infrastruktur dan bidang kehidupan lainnya.
Hal senada pun diterangkan Presiden Jokowi, yang penting menurut saya negara mendapat manfaat, nelayan mendapat manfaat lingkungan tidak rusak.
Dari keterangan itu, sejalan dengan apa yang saya katakan bahwa memang ekspor itu penting. Lebih penting mana, ekspor atau impor?. Tentu ekspor karena negara mendapat keuntungan, sedangkan impor negara lain mendapat keuntungan. Kira-kira begitu perhitungannya.Â
Selama ini, kita ingin menuju pada swasembada pangan terutama beras agar tidak sering-sering impor. Kalau bisa pangan kita cukup dan bisa ekspor. Artinya, ekspor itu banyak sekali manfaatnya.
Namun, saya juga sekaligus ingin mencatat bahwa kebijakan ekspor lobster itu juga harus memperhatikan kepentingan rakyat dan negara. Artinya, kalau mau mengekspor harus juga melihat lobsternya, apakah sudah terlalu banyak kita budidayakan dan mencukupi bagi kepentingan rakyat dan negara atau tidak.
Seandainya cukup-cukup saja, sebaiknya tidak perlu diekspor lobsternya. Ekspor dilakukan jikalau sudah berlebih atau sangat banyak di dalam sebuah negara.
Hal itu juga senada dengan alasan Bu Susi Pudjiastuti melarang ekspor lobster agar lobster dapat tumbuh berkelanjutan di laut Indonesia sebelum terjadi kelangkaan.