Dalam sebuah pekerjaan agar dapat dikerjakan dengan baik, mulus dan tepat sasaran haruslah fokus pada sebuah jabatan. Tidak boleh rangkap jabatan karena itu akan menyita waktu, pikiran dan tenaga juga.
Siapapun orangnya jika disuruh mengerjakan tugas banyak sekaligus pasti tidak akan mampu di waktu yang bersamaan.
Contoh kecil saja, jika kita di rumah disuruh orangtua mencuci piring, mencuci kain, memasak, mengepel lantai dan belajar, sudah pasti kita akan merasakan sebuah penderitaan karena tidak ada kata berhenti, istirahat, menghela nafas karena semua dikerjakan sekaligus dalam hari itu juga. Jangan-jangan kita melawan orangtua dan langsung menangis. Ya, itu adalah fakta. Mungkin teman-teman sekalian pernah merasakannya.
Kadangkala, kita juga disuruh satu pekerjaan saja sudah menolak. Maaf, saya pernah seperti itu. Semoga teman sekalian memahaminya.
Dalam tulisan ini, berkaitan dengan uraian saya diatas ingin menggambarkan sosok Ari Askhara mantan Dirut Garuda Indonesia yang beberapa waktu lalu dipecat Menteri BUMN Erick Thohir terkait dugaan penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton.
Dilansir dari detik.com, 13/12/2019, ternyata Ari Askhara sempat menjabat komisaris di enam anak dan cucu  perusahaan. Hal itu pun disorot staf khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga bahwa hal itu membuat tugas Ari tidak maksimal.
Ari pun diketahui sudah dicopot dari enam anak dan cucu perusahaan itu.
Saya sendiri sependapat dengan Pak Arya Sinulingga sesuai yang saya uraikan diatas tadi.
Siapapun tak akan efektif dan efisien membagi waktu, pemikiran dan tenaganya dalam memajukan sebuah perusahaan, apalagi itu milik negara.
Hingga akhirnya hanya mendapat gaji tanpa kontribusi. Padahal, Garuda Indonesia dan anak cucunya juga bagian dari BUMN. Maka, yang terjadi BUMN semakin minim penyumbang meningkatnya perekonomian bangsa dan negara.
Kalau hanya mau terima "gaji buta" saja tentu itu tindakan yang salah. Masyarakat Indonesia saat ini butuh uluran tangan pemerintah dalam proses kesejahteraan rakyat. Jadi, kalau begitu, yang kasihan adalah rakyat karena Pimpinan BUMN tidak bekerja secara efektif dan efisien membangun BUMN itu sendiri.