Banyak juga yang sesuai jabatan dengan pendidikan yang diraih, tetapi hasil kerja tidak memuaskan. Sekarang, bukan itu yang dilihat Pak Fadli Zon.
Sekarang, cara memimpin, leadership, kejujuran dan kerja keras paling utama. Membenahi Pertamina bukan harus mengerti minyak, tetapi harus bisa memberantas mafia yang ada dengan kejujuran dan ketegasan.
Menjadi pemimpin Pertamina harus bisa menstabilkan harga minyak di pasaran, meningkatkan ekonomi rakyat dan negara serta banyak hal.
Untuk memenuhi itu, bukan harus memiliki sarjana ekonomi maupun di bidang perminyakan.
Lihatlah Ahok sudah memimpin DKI Jakarta. Beliau sudah tahu menggerakkan ekonomi rakyat dan pembangunan di Jakarta. Itu sudah bisa dilakukan beliau. Ditambah lagi, tidak ada kasus korupsi yang membelitnya.
Itu saja yang harus dilihat dari sosok Ahok, bukan melihat sarjana pendidikannya.
Dari pernyataan Fadli Zon itu, saya jadi curiga, mungkinkah Pak Fadli itu iri dengan jabatan Ahok ini ya?. Apakah beliau tidak suka bila Ahok ikut membangun negara ini?.
Sudahlah, kita tunggu saja Ahok bekerja dulu baru berkomentar. Jika kurang bagus, pasti akan diganti.
Dalam sebuah berita, ada yang mengatakan bahwa kemampuan Ahok lebih tinggi dari sekedar Komisaris Utama Pertamina. Artinya, Ahok sangat berintegritas dan punya kapabilitas.
Sudah, kita akhiri nyinyir, komentar buruk terhadap Ahok. Pilihan sudah ditetapkan, sebaiknya biarkan dulu Ahok bekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H