Politisi partai Gerindra Fadli Zon memang tak ada habisnya diperbincangkan dalam sebuah media mainstream terkait pernyataannya mengkritik pemerintah. Seringkali media menyorot setiap ujarannya yang terkesan kontroversial.
Pernah juga beliau dalam masa kampanye waktu lalu menciptakan sebuah puisi untuk mengkritik pemerintah. Kali ini, kritikan itu tidak pernah habis, terus saja datang silih berganti.
Memang Fadli Zon adalah sosok oposisi sejati, meski Ketua Umumnya sudah diangkat menjadi Menteri kabinet Indonesia Maju.
Menarik membaca pernyataan Fadli Zon terkait pemerintahan Presiden Jokowi selama ini.
Dilansir dari detik.com, 21/11/2019, Fadli Zon menyinggung soal periode pertama Jokowi yang menurutnya menunjukkan kemunduran demokrasi. Penilaian itu dilihatnya dari berbagai lembaga internasional maupun dalam negeri. Fadli juga mengatakan: Jangan meninggalkan legacy berupa hancurnya demokrasi di Indonesia.
Dari pernyataan tersebut, sebenarnya saya sendiri dan kita pun tidak sependapat ketika hal itu jadi dilebih-lebihkan. Seakan-akan negara ini jadi lemah dalam hal demokrasi, padahal karena ada ulah dari segelintir orang yang tidak bisa memaknai arti demokrasi secara mendalam.
Hindarkan ujaran kebencian
Banyak hasil survei yang dipaparkan oleh Fadli Zon untuk menguatkan pernyataan tersebut. Tetapi, bagi saya dan juga kita seluruhnya, tidak dapat dibenarkan seratus persen bahwa demokrasi kita mundur.
Ada hal yang patut diketahui bahwa berdemokrasi bukan berarti sesuka hati beraspirasi, berpendapat dan mengkritik. Tentu ada aturan-aturan yang harus dipenuhi.
Jangan mengkritik, berpendapat dicampuradukkan dengan kebencian. Banyak kritikan yang mengandung kebencian, hoaks dan sebagainya. Itu yang salah sebenarnya.
Banyak oknum tertentu yang merasa benar, padahal salah dalam mengkritik. Kadang kritikan menyerang pribadi seseorang dan kadang juga kasar. Itu pastinya salah.