Sangat mengejutkan sekali ketika Gerindra dikabarkan meminta kursi Ketua MPR. Ada apa ini ya?. Kemarin di kampanye pemilu saling serang, dan saling menjatuhkan lawan politik, tetapi sekarang seperti bersahabat dan minta kursi Ketua MPR.
Seperti istilah "Dari benci menjadi Cinta". Wah, beginilah memang politik Indonesia. Saya pun berpikiran bahwa politik ini adalah sandiwara. Ketika bersaing, maka diserang habis-habisan dan dijatuhkan program-program petahana, tetapi sudah tahu menang kembali, maka petahana didekati.
Terkait incaran dari Gerindra tersebut, Â Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan meski Gerindra sebagai parpol urutan kedua dinilai pantas mengincar kursi Ketua MPR, tetapi harus diingat bahwa gabungan kursi PDI dan Golkar di parlemen. Memang kursi PDIP dan Golkar tertinggi di parlemen (detik.com, 20/7/2019).
Kalau seperti itu, oposisi yang vokal akan semakin sedikit. Setidaknya, PKS tetap jadi oposisi. Dan, apakah Demokrat dan PAN akan jadi oposisi juga?. Ini yang masih dipertanyakan. Kalau tidak, maka tak akan seimbang oposisi yang di luar pemerintah. Sayang sekali, kalau semua dukung pemerintah tanpa harus ada pengkritik yang keras, lugas dan tegas.
Saya jadi mengibaratkan bahwa Gerindra tidak konsisten dengan sikapnya waktu pemilu kemarin yaitu menjadi lawan politik petahana. Harusnya sekarang pun demikian.
Sepakat juga dengan pernyataan Pak Hasto tadi bahwa bicara Ketua MPR melihat dari kursi yang ada di parlemen. Tidak serta merta Gerindra merasa pantas mendapat ketua MPR, padahal sebenarnya tidak.
Saran saya, jangan seperti istilah "Dari benci menjadi cinta". Jadilah pengkritik yang santun dan tidak menyebarkan kebencian. Untuk membangun negara tidak harus sama-sama di pemerintahan. Di luar pemerintahan maupun didalam sepertinya sama saja. Kan bisa berdiskusi bersama membicarakan penyelesaian masalah negara ini dengan baik.
Bisa kasih masukan program apa yang pantas untuk dilanjutkan. Jangan jadikan politik seperti sandiwara yang masyarakat pun melihatnya menjadi tidak suka. Apalagi pendukung dan relawan masing-masing pihak akan menolak minta-minta jabatan.Â
Sebaiknya yang saya katakan tadi, beri saja program menurut pihak Gerindra agar dilaksanakan Pak Jokowi. Jika tidak dilaksanakan Pak Jokowi, maka tagih terus menerus. Dan, jika memang masalah negara semakin runyam, maka beri masukan dari pihak Gerindra. Itu memang lebih indah.
Dalam politik perhatikan juga psikologis dari pendukung dan relawan yang banyak tidak setuju bila Gerindra dan Pak Prabowo masuk koalisi petahana yaitu Jokowi-Ma'ruf Amin. Jika tetap masuk, maka akan jadi bumerang bagi Gerindra sendiri. Suara pendukung mereka di pemilu selanjutnya akan semakin berkurang dan berimbas pada sedikitnya mendapat kursi DPR di parlemen. Itu hanya saran saya saja. Sekian!!. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H