Koalisi BPN Prabowo-Sandi semakin dipertanyakan kesolidannya. Pasalnya, sudah kita lihat secara jelas bahwa partai yang masuk koalisi semakin hari semakin menjauh ataupun mendua. Kita lihat perselisihan antara Demokrat dan BPN Prabowo, dimana Andi Arief memainkan peran dengan menyerang koalisi sendiri. Termasuk juga PAN (Partai Amanat nasional), dimana Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan pun mulai mendekati tim Jokowi-Ma'ruf Amin.
Selain itu, Faldo Maldini yang termasuk politisi PAN pun sudah memulai aksinya menjauh dari koalisi BPN. Lihatlah kawan pernyataannya, bahwa "Prabowo Tidak Akan Menang Pemilu di MK" (detik.com, 17/6). Hal itu pun berkaitan dengan melihat jauhnya selisih perolehan suara kedua capres-cawapres tersebut sekitar 17 juta suara. Untuk mengimbanginya tentu sangat sulit buat Prabowo. Harus banyak bukti yang bisa menguatkan bahwa 17 juta suara itu bagian dari kecurangan.
Apa yang diungkapkan oleh Faldo tersebut memang masuk akal sekali. Harus ada bukti di MK bahwa ada kecurangan dilakukan dari selisih suara 17 juta suara tersebut. Bisa jadi C1 harus dikumpulkan sebanyak mungkin yang menguatkan dalil kecurangan TSM (Terstruktur, Sistematis, Masif) tersebut. Saksi-saksi yang ada di setiap TPS juga disiapkan. Sungguh rumit bukan?.
Pernyataan Faldo itu adalah bentuk pesimisme, pasalnya dia dan partainya mendukung Prabowo-Sandi, jadi mengapa tidak saling mendukung?. Ini pertanyaan sederhananya. Namanya koalisi harusnya saling mendukung karena dalam suka maupun duka, koalisi harus tetap akur.
Saya berpikiran inilah bentuk perpecahan di kubu BPN Prabowo semakin nyata. Kalau seperti ini, tinggal PKS dan Gerindra yang berada di sisi Prabowo. Kekuatan semakin tumpul dan tak mampu lagi melawan kubu Jokowi-Ma'ruf Amin. Hancur juga rencana besar kalau koalisi saja sudah mendua.
Timbul lagi kecurigaan dari Direktur Kampanye TKN Jokowi-Ma'ruf Benny Rhamdani (detik.com, 17/6) bahwa Faldo sudah mendapat instruksi terkait sikap, atas perubahan politik Zulhas yang ingin merapat ke Jokowi-Amin.
Kalau kita mencermati, bisa jadi benar, karena selama ini sudah terlihat kedekatan Zulkifli Hasan dengan Pak Jokowi. Tentu ada maunya pendekatan tersebut. Jadi, tak mungkin juga bila PAN mau mendekat, tetapi politisi mereka masih menjadi sahabat BPN Prabowo.
Kecurigaan itu layaknya benar dan bisa juga dipertanggungjawabkan. Fakta yang menyakitkan tentunya bagi Prabowo-Sandi. Disaat genting seperti ini, koalisi mereka tak lagi solid dan tidak menunjukkan kedekatan yang begitu kuat dan saling support.
Kalau begitu, cukupkah PKS dan Gerindra berjuang sendiri dalam meraih kemenangan di Mahkamah Konstitusi?. Saya ragu mengenai hal itu. Semakin sedikit pihak parpol di kubu Prabowo, maka semakin lemah pertahanan mereka. Semua hampir selesai dan Prabowo hanya akan mendapatkan tangan kosong.