'Situasi' lebih menjelaskan kepada suatu keadaan yang bersifat eksternal, seperti situasi di luar diri. Contoh: situasi Puskesmas sedang ramai. Sedang 'kondisi' lebih menjelaskan kepada suatu keadaan yang bersifat internal, seperti tentang kualitas atau tampilan. Contoh: kondisi tubuhnya sedang tidak sehat.
Ada orang yang sedang berjuang untuk menikmati kemerdekaan dalam hidupnya dengan bergantung kepada keadaan tertentu. Akhirnya memaknai kemerdekaan hidupnya itu bersifat situasional dan kondisional. Meski telah memiliki semua hal, namun hidupnya tetap dalam tekanan atau penjajahan.
Contoh: waktu masih pacaran dulu, ingin berjumpa terus dengan pasangannya. Awal pernikahan masih memiliki semangat ingin berjumpa terus, sehingga selesai kantor ingin cepat tiba di rumah. Namun setelah menikah sekian tahun, lebih merasa merdeka, kalau usai jam kantor nongkrong di warung kopi di mal. Â
2. Merdeka Tergantung Kekuasaan dan Materi
Seorang penjajah pasti memiliki kuasa dan materi yang lebih, dari pihak yang dijajah. Memiliki kuasa, tanpa materi akan kesulitan untuk menjajah. Memiliki materi, tanpa punya kuasa akan sulit mengendalikan bawahannya.
Saat bangsa kita dijajah oleh bangsa asing, ada sebagian dari masyarakat kita yang bisa menikmati kemerdekaannya. Kita sering menyebutnya sebagai antek penjajah atau pengkhianat.
Namun ada juga yang telah menganggap dan menanggapi para penjajah itu, sebagai sesuatu yang biasa alias tidak merasa sedang terjajah. Mungkin sudah terlalu lama terjajah, sehingga bisa melakukan penyesuaian. Atau mungkin tingkat intelektual yang belum memadai, untuk mengerti arti bebas dari penjajah.
Jika saat ini, kita bekerja mati-matian untuk mendapatkan kekuasaan dan materi, maka kedua hal itu sedang menjajah kita. Sebelum memiliki kekuasaan dan materi secara nyata, maka hidup seakan belum merdeka.
Segala cara dilakukannya hanya untuk meraih kekuasaan dan selanjutnya dengan keyakinan, bahwa materi akan mengikutinya. Sebelum memiliki keduanya ini, perjuangan akan terus dilakukannya.
3. Merdeka Tergantung Perasaan dan Pikiran
Untuk seorang berkelas filsuf, maka kekuasaan dan materi bukanlah segala-galanya. Merdekanya hidup itu hanya bergantung bagaimana perasaan dan pikiran kita saat menghadapi kenyataan.
Sesuatu yang nyata itu sesungguhnya tidak ada, sebelum kita merasakan keberadaannya itu dan memikirkannya. Contoh ada yang mengatai kita, "Bodoh." Maka kalau kita tidak menanggapi (seperti seseorang yang mengalami gangguan pikiran), maka ucapannya itu tidak akan menyakitinya.
Sebaliknya kalau kita merasa terhina, karena pikiran kita yang mengusulkan begitu, maka kita akan sakit hati. Kita tidak akan suka, saat melihat wajah orang itu. Kehadirannya seakan menjadi penjajah yang menekan kebahagiaan kita. Kalau tidak ada dia, malah kita merasa merdeka.Â