Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Alergi Tsamara Jadi Menteri

5 Mei 2019   04:58 Diperbarui: 17 Mei 2019   14:52 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Untuk jadi berarti dalam hidup ini, sering diganggu oleh orang yang iri dan sakit hati."

Kabar santer beredar kini.
Tsamara Amany Alatas dijadikan menteri.
Diperiode kedua pemerintahan Jokowi.
Padahal real count belum berbunyi.
Namun banyak yang telah alergi dan memelototi.

Telah 22 tahun hadir di muka bumi.
Hati ingin mengabdi Ibu Pertiwi.
Meski hidup perlu terus dilengkapi.
Jika tiba kesempatan nanti.
Hidup bisa membawa arti.

Banyak prestasi telah digapai.
Memang perlu banyak bukti lagi.
Bahwa hidupnya sungguh berarti.
Sebagai pemudi yang melayani.
Saat kesempatan telah menemui.

Jadi staf magang di Balai Kota DKI.
Sebagai Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI.
Jadi saksi dalam sidang uji materi.
Oleh Gerakan Nasional Calon Independen di Mahkamah Konstitusi.
Grace Natalie jadikan ketua DPP PSI.

Apakah usia 22 terlalu dini jadi menteri?
Mengapa belum ada pengumuman sudah merintih?
Siapakah yang merasa tersaingi?
Siapakah yang merasa tersakiti?
Mengapa cepat sekali menghakimi?
Coba perhatikan beberapa kisah ini.

Shamma Bint Suhail Faris Al Mazrui usia 22 tahun.
Jadi Menteri Urusan Pemuda di Uni Emirat Arab.
Syed Saddiq Syed Abdul Rahman usia 25 tahun.
Jadi Menteri Pemuda dan Olahraga di Malaysia.
Sebastian Kurz usia 27 tahun.
Jadi Menteri Urusan Luar Negeri & Integrasi di Austria.
Simon Harris usia 29 tahun.
Jadi Menteri Kesehatan di Irlandia.

Beri kesempatan pada yunior ini.
Silahkan karyamu segera terbukti.
Kami semua sedang menanti.
Jangan membuatnya terintimidasi.
Hanya karena iri dan sakit hati.-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun