Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Orang Menjadi ASN

12 Oktober 2023   14:44 Diperbarui: 12 Oktober 2023   15:15 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin adalah hari terakhir pendaftaran PNS dan P3K lho. Momen yang selalu ditunggu-tunggu oleh banyak orang di indonesia. yah, siapa sih yang tidak ingin menjadi Aparatur Sipil Negara alias ASN. Nah, kali ini aku akan membahas masalah ASN ini, tema yang jadul tapi selalu relevan tidak lekang oleh waktu. Aku dulu juga tidak tertarik menjadi ASN sih, tapi seiring berjalannya waktu aku menyerah dengan realita yang ada, dan menjadi ASN adalah salah satu zona nyaman sebelum melangkah di level berikutnya. Nah, mengapa sih, status ASN tetap laku di indonesia?

Katanya sih menjadi ASN itu sulit dipecat. Berhubung aku belum pernah menjadi bagian dari ASN, jelas tidak tahu. Tapi setelah membaca sendiri berbagai kasus viral yang melibatkan tenaga pendidik, rata-rata hanya dimutasi saja, tidak sampai di PHK. Bukan berarti tidak ada PHK ya, tapi peluang di PHK itu lebih kecil daripada kalau bekerja di swasta. Siapa sih yang tidak ingin mendapatkan status seperti itu. Coba kasus yang viral misalnya guru atau kepsek melakukan Tindakan salah, sudah dijamin bakal di berhentikan soalnya.

Alasan berikutnya ya, kerjanya tidak seketat pegawai swasta. Disclaimer, tidak semua ya, Cuma pengalaman di sekitar saja. Aku masih ingat kalau ada pertemuan MGMP alias pertemuan antarguru gitu, seorang teman selalu mengeluh jika ada proyek maka yang menjadi korban untuk membuat ini itu adalah guru-guru swasta, bukan guru negeri. Selain itu juga terjadi kejomplangan kemampuan antara guru swasta dengan guru negeri. Setelah dipikir-pikir maka ya balik lagi, menjadi guru swasta dibutuhkan untuk selalu upgrade dan menyediakan pelayanan yang prima, sementara menjadi guru negeri, mungkin tidak perlu ngoyo yang penting melakukan tugas SOP maka tetap aman.

Gaji ASN juga stabil setiap tahun, tidak mengalami penurunan, tapi yang ada justru bisa mengalami peningkatan. Pengalaman menjadi guru swasta, bisa saja gaji atau bonus tidak akan didapat atau tetap jika kinerja tidak bagus. Makanya guru berlomba-lomba menunjukkan kinerja baik karena semua berkaitan dengan gaji dan bonus yang didapat. Di sekolah-sekolah tertentu, menjadi guru juga harus merangkap menjadi marketing sekolah. Jika guru bisa mendapatkan calon siswa untuk masuk ke sekolah tersebut, maka guru tersebut akan mendapatkan bonus. Hal ini berbeda jika di sekolah negeri, mau dapat jumlah murid berapapun juga tetap akan mendapatkan gaji yang sama,.

Tidak mengalami perubahan yang berarti. Bagi guru swasta, mengalami penurunan jumlah murid itu artinya malapetaka. Bisa jadi gaji guru tidak naik, atau jumlah jam akan mengalami penurunan. Padahal banyak sekolah swasta yang menerapkan standar kalau mengajar lebih dari 24 jam, maka akan mendapatkan tambahan tunjangan . kalau jumlah murid berkurang? Maka tunjangan juga akan berkurang.

Terus SK bisa disekolahkan alias bisa digadai, wkwkwkwkwk. Soalnya banyak teman saya yang menyekolahkan SK pengangkatan dirinya untuk pinjam uang di bank. Kalau bekerja di swasta belum tentu akan mendapatkan kemudahan seperti ini karena ya, pekerjaan di swasta itu tidak bisa stabil, rawan untuk digantikan jika kinerja tidak sesuai standar atau mengalami penurunan. Bank tentu lebih percaya status ASN dibanding pegawai tetap Yayasan swasta dalam proses peminjaman dana. Bank juga mengetahui kestabilan gaji dari ASN tiap bulan dan tiap tahunnya sehingga jaminan keberhasilan pelunasan kredit bank juga akan jauh lebih gampang.

Di mata Masyarakat juga menjadi seorang ASN itu memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada pegawai biasa. Di keluargaku saja, tiap tahun selalu saja ada desakan bagiku untuk mengikuti tes ASN. Bagi keluargaku, menjadi seorang ASN adalah segalanya, sama seperti bisa kuliah di PTN adalah segalanya, yang lainnya tidak dianggap. Padahal gaji ASN kalau dipikir-pikir juga tidak besar lho (konteks adalah tenaga pendidik ya). gaji guru 3A aja saja hanya sekitar 2,6 juta sama di seluruh indonesia. Hal yang membedakan hanya masalah tunjangan di setiap tempat. Namun, mengingat Masyarakat lebih suka status ASN dibanding pegawai swasta, maka peluang untuk mendapat istri juga akan lebih besar. Wkwkwkwkwk. Ada orang tua yang kukenal yang lebih suka punya menantu ASN dibanding pegawai swasta, padahal bisa jadi pegawai swasta itu gajinya lebih gede daripada pegawai ASN. namun ya harus bagaimana lagi, memang status PNS lebih menjanjikan sih.

Menjadi PNS akan mendapatkan uang pensiun. Ini yang paling utama. Udah kerja stabil tiap tahun, gaji juga tetap, sudah masuk zona nyaman. Pensiun tetap dapat uang bulanan sampai meninggal. Siapa yang gak mau seperti itu. Bener sih, di sekolah sekolah swasta juga menerapkan hal yang sama. namun, balik lagi, santunan pensiun swasta itu jauh lebih kecil daripada pensiun pegawai negeri. Seperti di poin sebelumnya, sudah posisi tidak akan aman sampai tua, uang pensiun yang di dapat juga tidak sebesar pensiun PNS. Bisa jadi, belum sampai usia tua sudah diberhentikan. Dan ingat, standar pensiun pegawai swasta juga lebih pendek daripada pegawai negeri. Seorang tenaga pendidik bisa menjadi ASN sampai usia 60 tahun, sementara pegawai swasta di usia 55-56 tahun secara umum. Jika dia bekerja di sektor swasta dan menjadi pekerja di satu Perusahaan dengan lama kerja yang masih singkat, tentu uang pensiun juga lebih pendek dibanding yang sudah mengabdi sangat lama sejak masih muda.

Menjadi ASN, memang belum tentu gaji sebesar swasta, tapi, setidaknya lebih bisa menjamin masa depan menurut banyak orang (termasuk saya). Berhubung saya juga mendaftar P3K tahun ini, maka  doakan saya ya, agar saya bisa diterima menjadi guru P3k tahun ini. Kalau kalian gimana? Tertarik menjadi ASN tidak? silahkan komen ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun